12 April 2014

Legenda Batu Keramat, Cerita Rakyat Papua

Menurut cerita rakyat Papua, terdapat sebuah batu keramat di Gunung Kamboi Rama, Kepulauan Yapen Propinsi PapuaDi atas Gunung Kamboi Rama tersebut terdapat dua buah desa kecil bernama Desa Kamboi Rama dan Desa Aroempi. 

Desa Kamboi Rama dihuni oleh manusia sementara Desa Aroempi dipenuhi tanaman sagu milik tuan tanah bergelar Iriwonawani. Dari desa inilah asal mula legenda batu keramat.
Legenda Batu Keramat, Cerita Rakyat Papua

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kaum laki-laki Desa Kamboi Rama berburu binatang sementara kaum wanitanya mencari sagu di Desa Aroempi. 

Sebelum mencari sagu di Desa Aroempi, penduduk desa biasa melakukan pemujaan kepada Dewa Iriwonawani.

Dewa Iriwonawani Marah

Seiring waktu, sagu di Desa Aroempi menjadi berkurang karena terus menerus diambil oleh penduduk Desa Kamboi Rama. 

Dewa Iriwonawani menjadi marah. 

Sang Dewa lantas memindahkan tananam sagunya ke daerah lain. 

Rakyat Desa Kamboi Rama menjadi ketakutan. 

Atas perintah kepala suku, mereka segera pindah ke daerah pantai. 

Mereka mendirikan desa baru di daerah pantai dengan nama Desa Randuayaivi. 

Semua penduduk desa pindah kecuali sepasang suami istri bernama Irimiami dan Isoray.

Pada suatu hari, sepulang dari ladang, Irimiami beristirahat dengan bersandar pada sebatang pohon sementara Isoray beristirahat dengan duduk di atas sebuah batu besar. 

Beberapa lama kemudian, Isoray yang duduk di atas batu merasa pantatnya panas kemudian berteriak kepanasan.

“Aduh kenapa batu ini panas sekali.” teriak Isoray. “Suamiku, batu ini panas sekali.” Isoray menunjuk pada batu yang ia duduki.

Irimiami merasa penasaran kemudian memegang batu tersebut menggunakan tangannya. 

Ia segera menarik tangannya karena merasa panas. 

Irimiami kemudian mengambil daging rusa. 

Ia meletakkannya di atas batu tersebut. 

Tidak lama kemudian daging rusa tersebut menjadi matang. 

Melihat kejadian itu, mereka berdua ketakutan, lalu berdoa pada Dewa Iriwonawani agar tidak terjadi kebakaran hutan karena api terlihat keluar dari batu panas tersebut. 

Beruntung, Dewa Iriwonawani mengabulkan doa mereka.

Keesokan harinya, mereka berdua kembali mendatangi batu tersebut. 

Mereka melakukan percobaan dengan meletakkan dedaunan kering di atasnya. 

Tidak lama kemudian rumput beserta dedaunan tersebut mengering karena panas kemudian terbakar. 

Mereka berdua panik dan berdoa kepada Dewa Iriwonawani agar memadamkan api tersebut. 

Namun kali ini Dewa Iriwonawani tidak mengabulkan doa mereka. 

Api pun lama-kelamaan makin membesar. 

Api tersebut terlihat dari Desa Randuayaivi yang terletak di pinggir pantai.

“Ada kebakaran...ada kebakaran...” teriak penduduk Desa Randuayaivi.

Para penduduk segera bergegas naik keatas, ke Desa Kamboi Rama untuk memadamkan api. 

Akhirnya dengan bantuan penduduk, api berhasil dimatikan. 

Setelah situasi tenang, Irimiami menceritakan tentang batu panas tersebut. 

Para penduduk kemudian mencoba meletakkan daging di atas batu tersebut. 

Tidak lama kemudian daging tersebut matang.

Legenda Batu Keramat Di Kepulauan Yapen

“Benar kan ceritaku.” ujar Irimiami. Irimiami mengusulkan agar setahun sekali diadakan pesta adat di batu tersebut. 

Ketua adat Desa Randuayaivi menyetujuinya. 

Batu tersebut kini dianggap sebagai Batu Keramat oleh rakyat setempat.

Keesokan harinya, masyarakat membawa berbagai macam makanan ke batu tersebut untuk dimasak beramai-ramai. 

Mereka mengadakan pesta di sekitar batu keramat tersebut. 

Selama pesta berlangsung, Irimiami & Isoray menceritakan semua peristiwa yang terjadi mengenai batu keramat tersebut.

Hingga kini, masyarakat Kepulauan Yapen masih melestarikan budaya tersebut. 

Mereka sering berkumpul di Batu Keramat untuk melestarikan budaya yang dimulai oleh leluhur mereka, Irimiami & Isoray, sambil saling menjalin persaudaraan.

Referensi:
  1. Agni, Danu. 2013. Cerita Anak Seribu Pulau.Yogyakarta: Buku Pintar.
  2. Komandoko, Gamal. 2013. Koleksi Terbaik 100 plus Dongeng Rakyat Nusantara, PT.Buku Seru.
Baca juga cerita rakyat Papua lainnya: 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar