09 Juli 2018

Hai Hai Aku Sudah Tahu, Jawa Timur

Pada jaman dahulu hiduplah seorang kakek miskin bersama anak laki-lakinya yang masih kecil. Istrinya telah lama meninggal. Si kakek sedih memikirkan nasib anaknya yang masih kecil. Ia merasa bahwa hidupnya tidak akan lama lagi namun tidak memiliki apapun untuk diwariskan kepada anaknya selain ilmu yang berasal dari gurunya dulu.
Hai Hai Aku Sudah Tahu


Akhirnya si kakek memanggil anaknya. 

“Nak, kemarilah ayah akan mewariskan ilmu kepadamu. Hapalkanlah aji-aji yang akan aku ajarkan kepadamu. Kelak aji-aji ini akan memberikan kemuliaan kepadamu. Bunyi aji-aji itu adalah: Hai Hai Aku Sudah Tahu.” 

Si kakek kemudian menjelaskan bahwa dirinya sudah merasa tidak akan lama lagi hidup di dunia. 

Mendengar perkataan bapaknya, si anak kemdian menangis.

Tiga hari kemudian si kakek meninggal dunia. 

Anaknya merasa sedih karena ia kini menjadi yatim piatu. 

Untuk menghilangkan kesedihan, si anak kemudian memutuskan untuk merantau ke ibu kota kerajaan. 

Di sepanjang perjalanan ia terus merapalkan aji-aji yang diajarkan oleh ayahnya. 

Ia tetap melaksanakan nasehat ayahnya walaupun ia tidak tahu kegunaan aji-aji tersebut. 

Akhirnya ia berhasil tiba di ibu kota kerajaan.

Setibanya di ibu kota kerajaan, ia merasa sangat lelah dan perutnya terasa lapar. 

Akhirnya ia mencoba meminta-minta makanan dan minuman kepada siapapun yang ditemuinya namun tidak ada seorang pun yang memberinya makanan minuman. 

Merasa sangat lelah, si anak kemudian duduk berisitirahat di depan seorang tukang cukur yang tengah mencukur seseorang. 

Tanpa diketahuinya si tukang cukur sebenarnya tengah mencukur raja. 

Merasa lapar, dahaga dan lelah, si anak kemudian teringat nasihat ayahnya. 

Ia kemudian membacakan aji-aji “Hai Hai Aku Sudah Tahu.”

Mendengar kata-kata si anak tersebut si tukang langsung gemetaran, mukanya mendadak pucat. 

Si tukang cukur kemudian bersujud di hadapan raja dan memohon ampun. “Ampun baginda raja, ampun.”

“Ada apa kamu memohon ampun?” raja keheranan.

“Mohon ampun baginda raja. Hamba hanya orang suruhan. Patih ingin menjadi raja dan menyuruh hamba untuk membunuh baginda raja. Tapi nampaknya anak kecil itu mengetahui rencana pembunuhan ini.” kata si tukang cukur sambil menunjuk si anak kecil. 

Sebenarnya si anak tidak tahu mengenai rencana pembunuhan tersebut karena ia hanya merapalkan aji-aji yang diajarkan ayahnya.

Raja merasa tekejut mendengar pengakuan si tukang cukur. 

Pengawal istana segera mengamankan si tukang cukur ke dalam penjara. 

Raja kemudian memanggil si anak kecil untuk mengucapkan terima kasih. 

“Terima kasih nak, Engkau telah menyelamatkan hidupku. Sebagai imbalan, aku akan memberimu hadiah yang banyak.” 

Tidak lama kemudian si Patih diringkus dan diberi hukuman penggal kepala. 

Demikianlah cerita rakyat Jawa Timur mengenai seorang anak yang mematuhi nasihat orang tuanya.

Referensi:
I.B. Mantra, Astrid S, Susanto, Budi Susanto, Singgih Wibisono, Cerita Rakyat Daerah Jawa Timur, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Baca juga cerita rakyat Jawa Timur lainnya:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar