Pada zaman dahulu, ada seorang pencari kayu bakar yang baik hati. Ia bernama Van Eyck. Setiap hari, ia selalu pergi ke hutan untuk memungut ranting-ranting dan menjualnya ke pasar.
Van Eyck tidak pernah menebang pohon. Hal ini disebabkan karena peri-peri hutan tinggal di pohon dan Van Eyck tidak ingin peri-peri hutan tersebut kehilangan tempat tinggalnya. Hingga suatu hari, seorang peri hutan yang tinggal di pohon ek tua datang kepadanya.
“Van Eyck, pohon ek ini sudah sangat tua, kau boleh menebangnya. Akan lebih baik kau tebang daripada tumbang ditiup angin. Ambilah potongan kayu yang bagus, lalu jemur hingga kering, dan simpanlah di rumahmu. Selebihnya jual kayu tersebut sebagai kayu bakar”, Ujar peri hutan.
Van Eyck akhirnya mematuhi apa yang dikatakan peri hutan. Sehingga sebuah keajaiban pun terjadi. Kayu yang disimpan Van Eyck berubah menjadi sepatu. Tentu saja dengan bantuan peri hutan. Peri hutan menyihir kayu yang disimpan Van Eyck dan mengubahnya menjadi banyak sepatu.
Van Eyck akhirnya menjual sepatu itu ke pasar. Banyak orang menyukai sepatu tersebut.
“Aku mau memesan sepatu kayu", pinta salah seorang nyonya yang ingin memakai sepatu kayu.
“Apa nama sepatu kayu ini Van Eyck?", tanya seorang wanita cantik kepadanya.
“Kelompen", jawab Van Eyck spontan.
“Aku ingin memesan sepatu kayu ini Van Eyck", wanita cantik itu juga memesan sepatu kayu.
Sejak saat itu, Van Eyck menjadi seorang pembuat kelompen. Semakin hari semakin banyak orang yang menyukai dan menggunakan kelompen. Bahkan saat ini, kelompen menjadi ciri khas Negara Belanda.
Pesan dari sebuah cerita : kerja keras akan membuahkan hasil yang memuaskan dan bisa bermanfaat bagi orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar