08 September 2014

Cerita Rakyat Joko Dolog, Jawa Timur

Alkisah Purbawati, putri Adipati Jayengrana tengah gelisah karena hendak dilamar oleh Situbondo, seorang pangeran Madura, putra Adipati Cakraningrat. Putri Purbawati ingin menolak lamaran Pangeran Situbondo karena telah mencintai Jaka Taruna dari Kadipaten Kediri. Tapi untuk menolak lamaran Pangeran Sirubondo ia merasa tidak enak mengingat hubungan persahabatan ayahnya dengan ayah Pangeran Situbondo terjalin sangat baik. Ia khawatir akan terjadi permusuhan antara Surabaya dan Madura.
Cerita Rakyat Joko Dolog, Jawa Timur

Pangeran Situbondo berlayar dari Madura menuju Surabaya untuk melamar Purbawati. 

Tidak lama kemudian, Pangeran Situbondo tiba di Surabaya. 

Ia segera menemui Purbawati. 

Adipati Jayengrana menyerahkan sepenuhnya keputusan pernikahan pada Purbawati. 

Karena merasa kebingungan, Purbawati akhirnya memberikan syarat sangat berat pada Pangeran Situbondo jika ingin mempersuntingnya. 

Ia memberikan syarat agar pangeran Situbondo membuka hutan di wilayah Surabaya yang terkenal sangat angker. 

Ia beralasan, hutan tersebut dibuka agar bisa menjadi tempat tinggal mereka dan keturunan mereka.

Meskipun syaratnya sangat berat, tapi Pangeran Situbondo menyanggupinya. 

Ia segera masuk ke dalam hutan Surabaya angker tersebut dan mulai bekerja membuka hutan. 

Dengan kesaktiannya, Pangeran Situbondo merasa yakin dapat membuka hutan tersebut dengan mudah.

Saat Pangeran Situbondo tengah membuka hutan, datanglah Pangeran Jaka Taruna ke Surabaya. 

Ia merasa kaget ketika mengetahui bahwa Pangeran dari Madura tengah membuka hutan sebagai syarat mempersunting Purbawati. 

Demi cintanya, Jaka Taruna segera menemui Adipati Jayengrana. 

Ia mengatakan bahwa ia telah lama menjalin kasih dengan Purbawati. 

Jaka Taruna menyatakan ingin mempersunting Purbawati.

Adipati Jayengrana menjadi bingung. 

Ia menyesalkan mengapa Jaka Taruna terlambat melamar Purbawati. 

Tidak ada yang bisa dilakukan oleh Adipati Jayengrana selain menyerahkan masalah tersebut sepenuhnya kepada putrinya, Purbawati.

Purbawati lantas meminta Pangeran Jaka Taruna yang ia cintai untuk ikut membuka hutan sebagai syarat mempersuntingnya.

Pangeran Jaka Taruna Berduel Dengan Pangeran Situbondo

Jaka Taruna segera pergi ke hutan Surabaya untuk ikut membukanya. 

Ia membuka hutan di lokasi berdekatan dengan hutan tempat Pangeran Situbondo. 

Ketika keduanya bertemu, Pangeran Situbondo bertanya sedang apa ia di hutan tersebut. 

Pangeran Jaka Taruna mengatakan bahwa ia tengah membuka hutan sebagai syarat menikahi Purbawati.

Mendengar jawaban Jaka Taruna, Pangeran Situbondo sangat marah. 

Ia langsung menyerang Jaka Taruna. 

Keduanya lantas bertarung sengit mengerahkan segala kesaktian masing-masing. 

Ternyata kesaktian Situbondo jauh di atas kesaktian Jaka Taruna. 

Tidak lama kemudian Situbondo mampu memukul Jaka Taruna hingga tubuh Jaka Taruna terpental jauh. 

Tubuh Jaka Taruna tersangkut di atas pohon. 

Situbondo kemudian pergi dari tempat itu meninggalkan Jata Taruna begitu saja.

Jaka Taruna berteriak-teriak minta tolong karena ia tidak mampu melepaskan diri dari pohon. 

Namun hutan angker tersebut sangat jarang dilewati manusia sehingga tidak ada seorang pun mendengarnya. 

Beberapa lama kemudian ada seorang pemuda bernama Jaka Jumput mendengar teriakan Jaka Taruna. 

Ia kemudian mendekati Jaka Taruna dan menanyakan apa yang telah terjadi. 

Jaka Taruna kemudian menceritakan hal yang menimpanya. 

Setelah Jaka Jumput menolongnya melepaskan dari pohon, Jaka Taruna meminta bantuannya untuk mengalahkan Pangeran Situbondo. 

Ia berjanji jika Jaka Jumput mampu mengalahkan Situbondo, ia akan mengabulkan apapun permintaan Jaka Jumput.

Situbondo Dikalahkan Jaka Jumput

Jaka Jumput menyatakan kesediannya untuk mengalahkan Situbondo. 

Ia segera mencari Situbondo untuk menantang duel. 

Setelah ia bertemu Situbondo, ia langsung menantang duel. 

Situbondo merasa marah karena ditantang duel oleh orang yang baru ia kenal. 

Mereka berdua langsung bertempur, mengerahkan segala kesaktiannya, sementara Jaka Taruna hanya menonton dari kejauhan.

Setelah sekian lama adu kesaktian, Situbondo mulai terlihat kelelahan. 

Ternyata Jaka Jumput merupakan pemuda tangguh dan sakti mandraguna. 

Situbondo akhirnya merasa tidak sanggup melawan Jaka Jumput. 

Ia kemudian melarikan diri ke wilayah timur Kadipaten Surabaya. 

Wilayah tersebut di kemudian hari diberi nama Situbondo, sesuai dengan nama Pangeran Situbondo.

Jaka Taruna Berbohong

Melihat Pangeran Situbondo kalah, Pangeran Jaka Taruna segera pergi menemui Adipati Jayengrana dan Purbawati. 

Ia mengatakan bahwa Situbondo telah kalah bertarung dan lari ke timur. 

“Paman Adipati, Hamba telah berhasil mengalahkan Pangeran Situbondo. Ia telah lari ke wilayah timur dan tidak akan kembali. Oleh karenanya izinkanlah hamba mempersunting Purbawati.” kata Pangeran Jaka Taruna.

Tapi tidak lama kemudian datanglah Jaka Jumput di Kadipaten Surabaya menemui Pangeran Jaka Taruna. 

Saat mengetahui bahwa Pangeran Jaka Taruna mengaku-ngaku telah mengalahkan Pangeran Situbondo, Jaka Jumput merasa geram. 

Ia segera menemui Adipati Jayengrana dan mengatakan bahwa Pangeran Jaka Taruna telah berbohong. 

“Mohon maaf atas kelancangan hamba, Adipati Jayengrana. Pangeran Jaka Taruna telah membohongi Kanjeng Adipati. Hamba telah mengalahkan Pangeran Situbondo, bukan Jaka Taruna.” kata Jaka Jumput.

Pangeran Jaka Taruna berang dengan pengakuan Jaka Jumput. 

Ia membantah telah berbohong pada Adipati Jayengrana. 

“Jangan percaya dia Kanjeng Adipati. Akulah yang telah mengalahkan Pangeran Situbondo. Jangan percaya orang yang baru dikenal.” kata Pangeran Jaka Taruna.

Adipati Jayengrana terperanjat dengan pengakuan Jaka Jumput. 

Ia merasa bingung dengan keadaan ini. 

Ia lantas meminta bukti pada Jaka Taruna dan Jaka Jumput bahwa mereka telah mengalahkan Pangeran Situbondo. 

“Jika memang salah satu diantara kalian benar-benar telah mengalahkan Pangeran Situbondo, apa buktinya?” tanya Adipati Jayengrana.

Jaka Jumput kemudian mengeluarkan sebilah keris milik Pangeran Situbondo, kemudian menyerahkannya pada Adipati Jayengrana. 

“Ini adalah keris milik Pangeran Situbondo, Kanjeng Adipati. Ini adalah bukti bahwa hamba telah mengalahkan Situbondo, bukan Jaka Taruna.” kata Jaka Jumput. Sedangkan Jaka Taruna tidak memiliki bukti apapun. Ia hanya terdiam.

“Memang benar ini adalah keris milik Pangeran Situbondo.” kata Adipati Jayengrana. “Lantas mana bukti yang kau miliki hai Jaka Taruna?” tanya Adipati pada Jaka Taruna.

Jaka Taruna Berubah Menjadi Patung Joko Dolog

Pangeran Jaka Taruna hanya terdiam. 

Ia merasa malu karena kebohongannya terbongkar dengan kedatangan Jaka Jumput. 

Karena merasa tidak terima, ia lalu menantang Jaka Jumput untuk berduel. 

“Kenapa Kanjeng percaya pada orang yang baru dikenal? Saya menantang Jaka Jumput berduel. Kita buktikan siapa lebih kuat diantara kita berdua.”

“Baiklah, Siapa diantara kalian memenangkan pertarungan maka ia boleh mempersunting putriku, Purbawati.” kata Adipati Jayengrana.

Pangeran Jaka Taruna kemudian berduel dengan Jaka Jumput. 

Keduanya mengerahkan kesaktian milik mereka. Jaka Taruna menggunakan keris pusakanya sementara Jaka Jumput menggunakan senjata cambuk yang ia beri nama Kyai Gembolo Geni. 

Awalnya pertarungan berjalan seimbang namun lambat laun Jaka Taruna terlihat tidak mampu mengimbangi kesaktian Jaka Jumput. 

Sampai akhirnya cambuk Jaka Jumput mengenai tubuhnya, sehingga membuat Pangeran Jaka Taruna terjatuh dan tergeletak di tanah tidak berdaya.

“Jaka Taruna, mengapa engkau berani membohongiku. Aku kecewa denganmu.” kata Adipati Jayerngrana.

Pangeran Jaka Taruna hanya diam tergeletak di tanah. Tubuhnya lemah seusai bertarung. Ia juga sangat malu.

“Mengapa engkau tidak menjawab pertanyaanku hai Jaka Taruna? Mengapa sekarang engkau hanya diam seperti patung?” Adipati Jayengrana merasa jengkel.

Tidak lama kemudian terjadi sebuah keanehan, tubuh Pangeran Jaka Taruna berubah menjadi sebuah patung. 

Ucapan Adipati Jayengrana menjadi sebuah kutukan. 

Di kemudian hari, patung Pangeran Jaka Taruna dinamakan Joko Dolog

Joko Dolog adalah sebuah patung di kota Surabaya warisan Kerajaan Majapahit. Tapi menurut cerita rakyat daerah Jawa Timur, Joko Dolog merupakan sebuah patung yang konon merupakan penjelmaan dari tubuh Pangeran Jaka Taruna putra adipati Kediri. Menurut cerita, Jaka Taruna ingin mempersunting Purbawati, putri Adipati Jayengrana. Adipati Jayengrana merupakan adipati Surabaya. Tapi Jaka Taruna kalah bertarung melawan Pangeran Situbondo dan juga Jaka Jumput hingga akhirnya berubah menjadi patung.

Referensi:
  1. Agni, Danu. 2013. Cerita Anak Seribu Pulau.Yogyakarta: Buku Pintar.
  2. Komandoko, Gamal. 2013. Koleksi Terbaik 100 plus Dongeng Rakyat Nusantara, PT.Buku Seru.

    3 komentar:

    1. baru tau ceritanya sekarang...tahun 2011 kesana tp hanya sampai pintu gerbang karena sudah kesorean

      BalasHapus
      Balasan
      1. Saya sendiri belum pernah kesana :) Cuma tahu ceritanya saja.

        Hapus