Berikut ini kumpulan cerita rakyat, dongeng, dan legenda yang ada di tengah-tengah masyarakat suku sunda di Provinsi Jawa Barat. Banyak cerita rakyat dari Jawa Barat yang populer di Indonesia seperti Sangkuriang, Si Kabayan, Lutung Kasarung, Telaga Warna, Situ Bagendit, Ciung Wanara dan cerita lainnya. Cerita dikumpulkan dari berbagai sumber (lihat referensi). Jika ada cerita terbaru, akan segera ditambahkan. Semoga bermanfaat.
Nyi Mas Belimbing adalah putri seorang pertapa bernama Resi Rarata yang tinggal di pertapaan Ujung Kulon propinsi Banten sekarang. Menurut cerita rakyat Jawa Barat, Nyi Mas Belimbing hidup sejaman dengan Sunan Gunung Jati.
Pada saat bulan purnama, kita bisa melihat bayangan Nyai Anteh tengah menenun ditemani oleh kucingnya. Konon, Anteh menenun benang menjadi sebuah tangga yang akan digunakannya untuk pulang ke bumi, namun kucingnya selalu merusak hasil tenunannya. Akibatnya hingga kini Anteh tinggal di bulan, tidak bisa pulang ke bumi.
Nyi Roro Kidul atau biasa dikenal juga dengan nama Ratu Laut Pantai Selatan, pada awalnya adalah seorang putri dari kerajaan Pakuan Pajajaran. Beliau adalah Putri Kandita, seorang putri dari raja pakuan Pajajaran yang bernama. Bagaimana ceritanya seorang putri kerajaan Pakuan Pajajaran bisa menjadi Ratu Laut Pantai Selatan?
Gunung Tampomas terletak di Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Dulunya Gunung Tampomas bernama Gunung Gede. Menurut cerita rakyat Jawa Barat, pada masa kerajaan Sumedang larang, Gunung Tampomas pernah mengeluarkan erupsi, dan untuk menghentikan erupsi tersebut, raja Sumedang Larang saat itu harus melemparkan keris emas ke dalam kawah Gunung Gede sehingga namanya diubah menjadi Gunung Tampomas.
Si Kabayan kemudian teringat percakapannya dengan Abah mertuanya, “Dengar Kabayan, seberani-beraninya manusia, percayalah dia selalu dibayangi oleh rasa takut. Berani dan takut itu merupakan dua sifat yang menempel dalam jiwa setiap manusia. Juga dalam jiwa si lintah darat kamu itu. Walaupun dia berani menentang larangan agama, dia pasti punya rasa takut akan sesuatu, yang entah apa, harus kamu cari dan ketahui, Kabayan.”
Di desa Malakeudeu tampat tinggalnya, seorang haji dianggap sebagai orang yang sangat terhormat, karena disamping dianggap sebagai orang saleh, seorang haji juga dianggap sebagai orang kaya yang mampu membayar ongkos kapal laut menuju tanah suci untuk beribadah haji. Si Kabayan tahu persis bahwa mertuanya sangat menghormati seorang haji. Jika seorang haji bertandang ke rumah mertuanya, maka mertuanya itu akan menyajikan makanan yang enak untuk menjamu tamu kehormatannya.
Konon saat itu wilayah kerajaan Galuh membentang dari Hujung Kulon, ujung barat pulau jawa, hingga Hujung galuh, yang saat ini merupakan muara sungai Brantas di dekat kota Surabaya sekarang. Cerita rakyat Ciung Wanara ini mengisahkan hubungan darah dan juga budaya antara orang sunda yang tinggal di bagian barat pulau jawa dengan orang jawa yang tinggal di bagian tengah dan timur pulau jawa. Dongeng Ciung Wanara memiliki kemiripan dengan dongeng Jawa Timur, Cindelaras.
Di daerah Majalengka, Provinsi Jawa barat, pernah berdiri sebuah kerajaan bernama Girilawungan. Nama Girilawungan sendiri berasal dari bahasa sunda 'Ngalawung' yang memiliki arti 'berhadap-hadapan'. Konon di tempat tersebut dahulu pasukan Majapahit pernah melakukan aksi 'ngalawung' menunggu putri Giri Larang keluar dari tempat persembunyiannya, karena mereka merasa malu jika harus pulang ke kerajaan Majapahit tanpa hasil.
Menurut legenda, di sebuah desa di Kabupaten Garut, Jawa Barat, hidup seorang janda bernama Nyi Endit. Ia merupakan seorang janda kaya raya. Dengan kekayaannya, Nyi Endit mampu membeli apa saja yang ia inginkan. Banyak penduduk miskin di desa yang meminjam uang pada Nyi Endit. Namun Nyi Endit meminta imbalan yaitu, penduduk desa harus mengembalikan uang dengan bunga sangat tinggi. Jika telah tiba waktu membayar hutang, Nyi Endit akan menagih uang kepada peminjamnya sembari membawa pengawal atau tukang pukul. Jadi kalau ada peminjam yang tidak mau membayar hutang pada waktunya, tukang pukul Nyi Endit akan melakukan kekerasan.
Akisah, dahulu kala di daerah jawa barat hiduplah seorang lelaki kaya raya. Ia adalah pemilik seluruh sawah dan ladang di desanya. Seluruh penduduk desa hanya menjadi buruh tani penggarap sawah dan ladang si lelaki tuan tanah. Ia dikenal sebagai orang kikir. Penduduk desa memanggilnya dengan julukan Pak Kikir. Bahkan terhadap anak lelaki satu-satunya pun dia tetap bersikap pelit.
Dikisahkan, pada zaman dahulu terdapat kerajaan di Jawa Barat bernama Kutatanggeuhan. Kerajaan Kutatanggeuhan diperintah oleh seorang raja adil bijaksana. Penduduk kerajaan biasa memanggil raja dengan sebutan Prabu Suwartalaya. Meskipun berhasil memerintah kerajaannya dengan adil, namun Sang Prabu memiliki masalah yang membuatnya resah, yaitu tidak memiliki seorang anak untuk mewarisi kerajaannya. Akhirnya raja memutuskan akan bertapa di hutan untuk memohon petunjuk Tuhan Yang Maha Kuasa.
Pangeran Guruminda bersedia menjalani syarat menjadi seekor lutung karena penasaran ingin tahu siapa gadis di dunia manusia yang secantik ibunya. Setelah berubah menjadi seekor lutung, Pangeran Guruminda kemudian pergi melompat ke dunia manusia. Di dunia manusia, berkat kesaktiannya, Lutung Kasarung berhasil mengalahkan semua lutung-lutung. Dalam waktu singkat, Lutung Kasarung diangkat sebagai pemimpin bangsa lutung.
Alkisah, zaman dahulu hidup seorang lelaki di tanah Pasundan atau sekarang Jawa Barat, bernama Kabayan. Si Kabayan terkenal sangat pemalas, bodoh, tapi anehnya banyak akal. Akal bulusnya sering ia gunakan untuk mendukung sifat malasnya. Si Kabayan telah memiliki istri bernama Nyi Iteung. Mertua Kabayan sudah sangat kesal dengan sifat menantunya. Ia sering memarahi menantunya tapi Si Kabayan selalu saja punya akal bulus dalam menghadapi mertuanya.
Menurut legenda masyarakat di kawasan tersebut, asal mula terbentuknya gunung Tangkuban Perahu dikaitkan dengan Legenda Sangkuriang. Ia adalah seorang pemuda yang ingin menikahi ibunya sendiri, yaitu Dayang Sumbi. Untuk menggagalkan pernikahan, Dayang Sumbi mengajukan syarat yang sangat berat sehingga membuat Sangkuriang marah dan menendang perahu hingga terbalik. Perahu terbalik itulah yang kini dianggap sebagai Gunung Tangkuban Perahu.
Referensi:
- Agni, Danu. 2013. Cerita Anak Seribu Pulau.Yogyakarta: Buku Pintar.
- Komandoko, Gamal. 2013. Koleksi Terbaik 100 plus Dongeng Rakyat Nusantara, PT.Buku Seru.
- Mihardja, Achdiat K. 1997. Si Kabayan, Manusia Lucu, Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
- Ruhiyat. S. 2013. Cerita Rakyat : Lutung Kasarung, Gerai Comics.