20 Desember 2013

Legenda Telaga Warna, Cerita Rakyat Jawa Barat

Dikisahkan, pada zaman dahulu terdapat kerajaan di Jawa Barat bernama Kutatanggeuhan. Kerajaan Kutatanggeuhan diperintah oleh seorang raja adil bijaksana. Penduduk kerajaan biasa memanggil raja dengan sebutan Prabu Suwartalaya. Meskipun berhasil memerintah kerajaannya dengan adil, namun Sang Prabu memiliki masalah yang membuatnya resah, yaitu tidak memiliki seorang anak untuk mewarisi kerajaannya. Akhirnya raja memutuskan akan bertapa di hutan untuk memohon petunjuk Tuhan Yang Maha Kuasa.
Legenda Telaga Warna, Cerita Rakyat Jawa Barat

"Dinda, sudah lama kita menikah tapi tidak kunjung diberi anak. Aku akan bertapa di hutan selama beberapa lama untuk mencari petunjuk dari Yang Maha Kuasa." kata raja pada permaisuri.

"Baiklah kanda, dinda akan ikut mendoakan." kata Ratu Purbamanah, Sang Permaisuri.

Ratu Akhirnya Mengandung

Setelah bertapa beberapa lama, akhirnya ratu pun hamil sebagai tanda Yang Maha Kuasa mengabulkan doa Sang Prabu. Rakyat pun bersukacita mendengar kabar gembira kehamilan sang ratu. Setelah sembilan bulan lamanya mengandung, akhirnya Ratu melahirkan seorang anak perempuan sangat cantik. Raja kemudian memberi nama Putri Gilang Rukmini. 

Tentu saja, Sang Prabu sangat menyayangi putri yang sudah lama ditunggu kehadirannya itu. Rakyat banyak berdatangan menuju istana sambil membawakan bingkisan serta hadiah untuk menyambut kehadiran putri raja mereka.

Seiring berjalannya waktu, putri raja beranjak dewasa. Ia kini telah berubah menjadi gadis cantik jelita di usianya yang menginjak 17 tahun. Namun sayang ia memiliki perangai buruk, yaitu terlalu manja. Sifat manjanya disebabkan oleh kasih sayang berlebihan dari kedua orang tuanya.

Untuk merayakan hari ulang tahun putrinya, Sang Prabu mengadakan pesta sangat meriah. Para penduduk berdatangan memberikan bingkisan untuk diberikan pada putri raja. Namun Sang Prabu justru mengumpulkan hadiah-hadiah tersebut untuk digunakan bagi kepentingan rakyatnya. Tentu saja hal sikap raja membuat putri Gilang Rukmini sangat marah. Tapi Sang Prabu mengatakan akan menggantinya dengan hadiah yang lebih baik.

"Kenapa ayah mengambil hadiah-hadiahku!" kata putri raja sangat marah.

"Sabar anakku. Ayah akan menggunakannya untuk kepentingan rakyat kita. Ayah berjanji akan menggantinya dengan hadiah yang lebih baik." kara Sang Prabu lemah lembut.

"Apa hadiah yang lebih baik itu? Mana? Aku mau sekarang!" putri raja merajuk.

"Sabar anakku. Tunggulah beberapa hari." kata Sang Prabu.

Sang Prabu kemudian menghubungi ahli pembuat perhiasan terbaik di kerajaan. Raja memintanya membuatkan perhiasan terbaik. Beberapa hari kemudian perhiasan tersebut selesai dibuat. Sebuah kalung sangat indah berwarna-warni. Sang Prabu segera memberikan kalung tersebut pada putri. Namun ternyata Sang Putri tidak menyukai kalung tersebut. Sang putri malah melemparkannya ke lantai halaman istana.

"Ini hadiah kalung yang ayahanda janjikan untukmu, anakku. Dibuat oleh ahli perhiasan terbaik dan dari bahan terbaik." Sang Prabu memberikan kalung pada putri.

"Perhiasan kalung apa? buruk sekali? Aku tidak suka!" kata Sang Putri seraya melemparkan kalung tersebut ke halaman istana.

Legenda Telaga Warna Berasal Dari Istana

Melihat tingkah manja anaknya, Ratu Purbamanah menangis. Orang-orang di istana pun sangat terkejut. Sang Prabu hanya bisa menghela nafas melihat tingkah laku putrinya. 

Tiba-tiba terjadi kejadian aneh. Di halaman istana muncul sebuah mata air. Mata air tersebut terus memancarkan airnya hingga menggenangi seluruh halaman istana. Awalnya hanya terbentuk sebuah kolam kecil, namun lama-kelamaan terbentuk sebuah telaga sangat luas. Sang Prabu memerintahkan agar dibuat istana baru karena istana lama telah tenggelam oleh air. 

Telaga tersebut memiliki warna-warna sangat indah. Konon warna tersebut berasal dari warna kalung Sang Putri yang tenggelam di dasar telaga. Masyarakat akhirnya memberi nama telaga tersebut dengan sebutan Telaga Warna

Legenda Telaga Warna berasal dari daerah Jawa Barat

Referensi:
  1. Agni, Danu. 2013. Cerita Anak Seribu Pulau.Yogyakarta: Buku Pintar.
  2. Komandoko, Gamal. 2013. Koleksi Terbaik 100 plus Dongeng Rakyat Nusantara, PT.Buku Seru.
Baca juga cerita rakyat Jawa Barat lainnya:

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar