20 Desember 2013

Ular Ndaung Dan Si Bungsu, Cerita Bengkulu

Diceritakan bahwa zaman dahulu hidup seorang ibu beserta ketiga orang anaknya di kaki sebuah gunung di Bengkulu. Kehidupan mereka sangat miskin. Mereka hanya mengandalkan mata pencarian dari sebuah lahan perkebunan sempit.
Ular Ndaung Dan Si Bungsu, Cerita Bengkulu

Pada suatu ketika sang ibu mengalami sakit keras. Hal ini membuat ketiga anaknya menjadi sangat sedih. Para orang pintar di desa menyarankan agar ibu tersebut diobati oleh daun-daun khusus. Daun-daunan tersebut hanya ada di puncak gunung. Daun-daunan tersebut harus direbus oleh bara ajaib yang hanya terdapat di dalam sebuah gua di puncak gunung. Sayangnya, di dalam gua tersebut hidup seekor ular sakti bernama ular N'daung. 

Menurut para leluhur desa, ular N'daung akan memakan siapa saja yang berada di puncak gunung. Anak-anak ibu tersebut tidak berani pergi ke puncak gunung untuk mengambil bara ajaib kecuali anak bungsu. Si bungsu rela pergi ke puncak gunung demi mengobati ibunya.

"Aku akan pergi ke puncak gunung mengambil bara ajaib untuk mengobati penyakit ibu kita." kata si bungsu.

"Tapi di puncak gunung hidup ular N'daung sakti adik, nanti kau malah dimakan olehnya." kata kakak si bungsu.

"Lalu harus bagaimana lagi cara mengobati ibu? aku rela melakukan apa saja demi ibu kita." kata si bungsu.

"Hati-hatilah kau nak, ular N'daung akan memakan siapapun yang berada di puncak gunung. Kami hanya bisa mendoakanmu." kata orang pintar di desa tersebut.

Si Bungsu Bertemu Ular Ndaung

Si bungsu segera pergi untuk mengambil bara ajaib di dalam gua di puncak gunung. Sesampainya di puncak gunung, suasana mengerikan mulai terlihat. Di tempat tersebut tumbuh pohon-pohon besar sangat menakutkan. 

Tiba-tiba saja terdengar suara desis ular sangat mengerikan. Si bungsu ketakutan setengah mati. Si bungsu berusaha bersembunyi di balik pepohonan. Belum sempat ia bersembunyi, ular Ndaung sudah berada tepat di hadapannya. Ular tersebut menatapnya dengan tatapan tajam. Lidahnya menjulur keluar.

"Kau anak manusia berani sekali datang ke puncak gunung. Aku akan memakanmu sekarang." kata ular N'daung, suaranya mendesis mengerikan.

"Tolonglah wahai ular sakti. Ibuku tengah sakit keras. Aku kemari hendak meminta bara ajaib untuk mengobati ibuku." si gadis bersimpuh sambil menangis di hadapan ular sakti.

"Jadi engkau mengambil resiko kemari hanya untuk mengobati ibumu?" tanya ular N'daung.

"Benar wahai ular sakti, demi cintaku pada ibuku aku mohon tolonglah kami." mohon si bungsu.

"Baiklah, aku bersedia memberikan bara sakti padamu, tapi syaratnya engkau harus mau menjadi istriku." kata ular N'daung.

Si bungsu mengangguk tanda setuju. Ia rela melakukan apa saja demi kesehatan ibunya. Ular N'daung kemudian memberikan bara sakti pada si bungsu.

"Terimakasih ular sakti. Aku akan pulang sebentar untuk memberikan bara sakti kepada keluargaku. Aku akan kembali untuk memenuhi janjiku." kata si bungsu.

Si bungsu kemudian pulang mengantarkan bara sakti kepada keluarganya. Selanjutnya ia segera kembali ke puncak gunung untuk menikah dengan ular N'daungNamun sebuah keanehan terjadi. Setelah ular N'daung melakukan pernikahan dengan si gadis bungsu, tiba-tiba saja ular tersebut berubah menjadi seorang pemuda tampan berbadan tegap lagi bersinar. Ternyata ular N'daung sebenarnya adalah Pangeran Abdul Rahman Alamsyah. Sang pangeran ternyata terkena sebuah kutukan.

Sementara di kaki gunung, kedua kakak si bungsu merasa curiga kenapa si bungsu pergi kembali ke puncak gunung setelah mengantar bara. Mereka berdua kemudian menyusul ke puncak gunung karena ingin mengetahui apa yang terjadi.

"Adik kita belum kembali setelah mengantar bara sakti. Mari kita ke puncak gunung untuk mengetahui apa yang terjadi padanya." kata kakak si bungsu.

Si Bungsu Menikah Dengan Pangeran Abdul Rahman

Betapa terkejutnya mereka ketika sampai di puncak gunung melihat si adik tengah berduaan dengan seorang pria sangat tampan. Mereka sangat iri melihat adiknya tersebut sehingga timbulah niat jahat untuk memfitnah adiknya. Mereka memasuki gua kemudian membakar kulit ular. Tujuannya agar si pemuda tampan menyangka bahwa si bungsulah pelakunya. Mereka berharap sang pangeran kemudian mengusir si bungsu. Namun yang terjadi malah sebaliknya, Pangeran Abdul Rahman Alamsyah merasa gembira karena dengan dibakarnya kulit ular tersebut maka kutukannya hilang selamanya. Akhirnya Pangeran tampan bisa hidup bahagia selama-lamanya bersama si bungsu.

Cerita Ular Ndaung dan Si Bungsu berasal dan dari daerah Bengkulu

Referensi:
  1. Prahana, Naim Emel. 1988. Cerita Rakyat Dari Bengkulu 2, Jakarta: Grasindo
  2. Agni, Danu. 2013. Cerita Anak Seribu Pulau.Yogyakarta: Buku Pintar.
  3. Komandoko, Gamal. 2013. Koleksi Terbaik 100 plus Dongeng Rakyat Nusantara, PT.Buku Seru.
Baca juga cerita rakyat Bengkulu lainnya: 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar