26 Cerita Rakyat Jawa Timur

Berikut ini kumpulan cerita rakyat, dongeng, dan legenda yang ada di tengah-tengah masyarakat Provinsi Jawa TimurBanyak cerita rakyat dari Jawa Timur yang populer di Indonesia seperti Keong MasCindelaras dan cerita lainnya. Cerita dikumpulkan dari berbagai sumber (lihat referensi). Jika ada cerita terbaru, akan segera ditambahkan. Semoga bermanfaat.
Cerita Rakyat Jawa Timur
Kredit foto: tropenmuseum, creativecommon, wikimedia.

Halaman          1          2


Kisah Rangga Gading
Dahulu kala, hiduplah seorang pemuda bernama Rangga Gading. Ia sangat sakti, namun sayangnya sering menyalah gunakan kesaktiannya dengan melakukan perampokan dan pencurian. Rangga Gading adalah pencuri yang lihai, ia tak pernah tertangkap. Hal tersebut adalah karena ia memiliki kesaktian yaitu bisa mengubah dirinya menjadi apapun yang diinginkan. Ia bisa menjelma menjadi binatang, pohon, batu, atau air.

Asal Usul Reog Ponorogo
Adalah Dewi Sanggalangit, seorang putri raja Kediri, yang terkenal karena kecantikannya. Telah banyak para pangeran dan raja yang berminat menyuntingnya menjadi istri, namun ia selalu menolak dengan alasan belum memiliki keinginan untuk menikah. Kedua orang tuanya mendesak putrinya agar segera menikah. Mereka ingin secepatnya menimang cucu.

Benda Ajaibnya Kucing
Alkisah hidup sebuah keluarga yang dikenal sebagai keluarga yang sabar, Pak Sabar dan Bu Sabar. Kehidupan mereka sangatlah miskin. Saking miskinnya mereka kerapkali sehari dua hari tidak makan karena tidak memiliki uang untuk membeli makanan. Namun demikian, mereka tidak mengeluh dan tetap sabar dalam menjalani kehidupan.

Paduan Nama yang Baik
Menurut orang Madura, jika suami dan istri memiliki paduan nama yang baik, maka mereka akan mendapatkan keberuntungan. Begitulah kepercayaan di Madura. Berikut ini cerita rakyat Jawa Timur mengenai sepasang suami istri Lasmudin dan Mukdima yang mendapatkan keberuntungan karena mereka memiliki paduan nama yang baik.

Pak Mendong dan Mbok Mendong
Keluarga Pak Mendong sangatlah miskin. Saking miskinnya, mereka seringkali tidak memiliki uang untuk membeli makanan. Dipanggil Pak Mendong karena pekerjaannya sehari-hari adalah membuat tikar mendong. Dibantu istrinya, mereka membuat tikar untuk dijual ke kota. Mereka memiliki seorang anak yang masih kecil bernama Sumi. Badan anak itu kurus karena kurang makan. Pakaiannya compang-camping. Mereka tinggal di sebuah gubug kecil dengan halaman sempit.

Hai Hai Aku Sudah Tahu
Pada jaman dahulu hiduplah seorang kakek miskin bersama anak laki-lakinya yang masih kecil. Istrinya telah lama meninggal. Si kakek sedih memikirkan nasib anaknya yang masih kecil. Ia merasa bahwa hidupnya tidak akan lama lagi namun tidak memiliki apapun untuk diwariskan kepada anaknya selain ilmu yang berasal dari gurunya dulu.

Sandhekala
Menurut cerita rakyat Jawa Timur, pada saat hari mulai senja, Den Bagus Sandhekala akan berjalan-jalan. Den Bagus Sandhekala senang memakan kepala harimau atau kepala maling. Den Bagus Sandhekala juga senang memakan kepala anak yang suka bermain-main di luar rumah pada waktu senja tiba. Den Bagus adalah nama panggilan bagi orang muda yang dihormati, sedang Sandhekala sendiri berarti senjakala atau waktu hari senja.

19. Asal Mula Mengapa Sungai Berkelok-Kelok
Asal Mula Mengapa Sungai Berkelok-Kelok
Sungai Brantas berkelok-kelok dan airnya tidak pernah habis. Hulu sungai Brantas berada di daerah Malang kemudian mengalir ke selatan hingga ke Blitar, berbelok ke Kediri dan akhirnya berbelok lagi ke Surabaya. Menurut cerita rakyat Jawa Timur, mengapa sungai berkelok-kelok dan airnya tidak pernah habis dikaitkan dengan ular-ular yang bertapa di gunung-gunung.

18. Burung Gelatik dan Burung Betet
Burung Gelatik dan Burung Betet
Berikut ini adalah sebuah cerita rakyat dari Jawa Timur mengenai asal mula mengapa burung Gelatik memiliki lambung atau teleh di tengkuknya dan mengapa burung Betet berparuh bengkok. Alkisah pada jaman Nabi Sulaiman tengah terjadi musim paceklik. Penyebabnya adalah banyak penyakit yang merusak tanaman sehingga mengakibatkan pangan sulit didapat.

17. Asal Mula Pohon Jati Besar-Besar
Asal Mula Pohon Jati Besar-Besar
Konon pada jaman dahulu pohon jati berukuran kecil-kecil. Tidak berukuran besar seperti sekarang. Ukuran pohon jati membesar pada masa kerajaan Medang Kamulan terkait raja Medang yang menguburkan anaknya hidup-hidup karena merasa malu.

16. Asal Mula Kata Babah
Asal Mula Kata Babah
Orang Jawa biasa memanggil orang Tionghoa dengan sebutan “Babah”. Menurut cerita rakyat Jawa Timur, asal mula kata Babah berasal dari kata “Mbabah” yang artinya mencari jalan. Konon, dongeng ini dibuat-buat oleh etnis Tionghoa di Indonesia untuk menjaga jarak dengan etnis Jawa.

15. Orang Desa Tanggungan Tidak Boleh Makan Ikan Tageh
Orang Desa Tanggungan Tidak Boleh Makan Ikan Tageh
Pada masa perang perjuangan melawan Kompeni Belanda, Sura Alap Alap diberi tugas sebagai pimpinan Rajekwesi di sebelah timur. Perang antara pejuang pribumi melawan Kompeni berlangsung tidak seimbang karena persenjataan pasukan pribumi yang tidak memadai. Khawatir akan jatuhnya banyak korban jiwa, Sura Alap Alap lantas memerintahkan seluruh pasukannya, yang merupakan penduduk dusun situ juga, untuk pergi meninggalkan dusun tersebut.

14. Irapati dan Seekor Buaya
Irapati dan Seekor Buaya
Alkisah pada zaman dahulu kala, hidup seorang ibu bernama Mbah Irapati yang disegani oleh penduduk di sepanjang sungai Kuning karena memiliki kesaktian. Ia memiliki seorang anak. Mbah Irapati sangat menyayangi anaknya. Di suatu hari, anak Mbah Irapati mandi di tepi sungai Kuning. Tanpa disadarinya, seekor buaya lapar mendekat. Dengan secepat kilat si buaya menyambar si anak hingga tewas.

13. Kyai Bonten dan Ki Jalono
Kyai Bonten dan Ki Jalono
Konon, di dusun Kudur, jika ada kematian, maka pasti dua orang meninggal bersamaan waktunya. Menurut cerita, kejadian ini terkait dengan hubungan Kyai Bonten dan Ki Jalono.

12. Orang Desa Tingan Tidak Boleh Berjodohan Dengan Orang Desa Kapal
Orang Desa Tingan Tidak Boleh Berjodohan Dengan Orang Desa Kapal
Adalah Kyai Tapiogo seorang Begedhe desa Tingan. Ia berasal dari Sendang Darajat. Di suatu hari, Kyai Tapiogo melakukan sedekah bumi dan mengundang Begedhe desa Kapal. Begedhe kedua desa tersebut awalnya hanya mengobrol biasa namun lambat laun keduanya saling berbantahan. Akhirnya Begedhe desa Kapal kalah dalam perdebatan tersebut.

11. Asal Mula Ayam Hutan
Asal Mula Ayam Hutan
Sudah sejak dari jaman dahulu, ayam hidup berdampingan dengan manusia. Namun pada suatu ketika, ada sebuah keluarga ayam yang memutuskan untuk meninggalkan perkampungan manusia dan hidup di hutan. Merekalah nenek moyang ayam hutan.

10. Buah Jeruk Emas
Buah Jeruk Emas
Dahulu pernah bertahta seorang raja adil dan bijaksana di sebuah kerajaan di pulau Jawa. Sang raja mendapatkan wangsit atau bisikan gaib dari dari dewata, bahwa di seluruh wilayah kerajaan yang dipimpinnya akan ditimpa wabah. Sang dewa memberi bisikan bahwa raja harus membuat sayembara ke seluruh rakyat untuk mencari buah jeruk emas sebagai tumbal penolak wabah.

9. Burung Gagak yang Sombong
Burung Gagak yang Sombong
Alkisah, pada zaman dahulu kala, hiduplah seekor burung gagak di hutan belantara. Ia hidup bersama dengan kawanan burung gagak lainnya. Suatu hari, si burung gagak menemukan rontokan bulu burung merak yang indah. Walaupun hanya rontokan bulu, namun bulu-bulu tersebut masih terlihat indah.

8. Keong Mas
Keong Emas
Alkisah Prabu Kertamarta, Raja Kerajaan Daha, memiliki dua orang putri, Galuh Ajeng dan adiknya, Candra Kirana. Si sulung, Galuh Ajeng memiliki paras cantik, namun Candra Kirana jauh lebih cantik. Si Bungsu Candra Kirana telah memiliki tunangan, yaitu seorang pangeran tampan, putra mahkota Kerajaan Kahuripan bernama Raden Inu Kertapati. Diam-diam Si Sulung, Galuh Ajeng juga mencintai Raden Inu Kertapati. Oleh karenanya ia sangat iri melihat keberuntungan Candra Kirana. Galuh Ajeng kemudian mempunyai niat jahat menyingkirkan adiknya dari istana Kerajaan Daha.

Cindelaras
Menceritakan kisah putra Raja Jenggala dengan Sang Permaisuri. Ibu Cindelaras, Sang Permaisuri mendapat fitnah dari selir Raja hingga akhirnya diasingkan ke hutan saat sedang mengandung Cindelaras oleh Raden Putra, Raja Jenggala. Cindelaras sendiri dilahirkan di hutan. Namun akhirnya Cindelaras mampu membuktikan pada Raja Jenggala bahwa ibunya tidak bersalah.


Halaman          1          2

Referensi:

  • Agni, Danu. 2013. Cerita Anak Seribu Pulau.Yogyakarta: Buku Pintar.
  • Komandoko, Gamal. 2013. Koleksi Terbaik 100 plus Dongeng Rakyat Nusantara, PT.Buku Seru.
  • I.B. Mantra, Astrid S, Susanto, Budi Susanto, Singgih Wibisono, Cerita Rakyat Daerah Jawa Timur, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.