02 Juli 2018

Asal Mula Kata Babah, Jawa Timur

Berikut ini sebuah cerita rakyat dari Jawa Timur mengenai asal mula kata Babah. Orang Jawa biasa memanggil orang Tionghoa dengan sebutan “Babah”.  Menurut cerita rakyat Jawa Timur, asal mula kata Babah berasal dari kata “Mbabah” yang artinya mencari jalan. Konon, dongeng ini dibuat-buat oleh etnis Tionghoa di Indonesia untuk menjaga jarak dengan etnis Jawa. Begini ceritanya:
Asal Mula Kata Babah


Nabi Adam, nenek moyang manusia, memiliki empat orang anak, dua orang laki-laki dan dua orang perempuan. 

Satu orang laki-laki berparas tampan dan satunya lagi berparas buruk rupa. 

Begitu pula dengan yang perempuan, satu orang perempuan berparas cantik dan satunya lagi berparas buruk rupa.

Setelah keempat anak tersebut beranjak dewasa, Nabi Adam ingin menikahkan putra putrinya. 

Agar adil, putra yang rupawan akan dinikahkan dengan putrinya yang buruk rupa. 

Begitu pula sebaliknya, putranya yang buruk rupa akan dinikahkan dengan putrinya yang cantik. 

Keinginan Nabi Adam ditentang oleh putranya yang tampan dan putrinya yang cantik. 

Mereka beralasan yang rupawan harus menikah dengan yang rupawan juga dan yang buruk rupa harus menikah dengan yang buruk rupa juga. 

Namun Nabi Adam tetap pada keputusannya.

Tidak bisa menerima keputusan ayahnya, pada suatu malam, putra Nabi Adam yang tampan dengan putrinya yang cantik memutuskan untuk melarikan diri bersama. 

Mereka pergi menembus hutan belantara “mbabah” jalan. 

Mbabah artinya mencari jalan. 

Kata Babah berasal dari kata mbabah. 

Menurut orang Tionghoa, Putra putri Nabi Adam yang tampan dan cantik itulah yang menjadi nenek moyang orang Tionghoa. 

Itulah sebabnya mengapa orang-orang Tionghoa cantik-cantik dan tampan-tampan sedangkan orang Jawa tidak. 

Orang Jawa dilarang menikahi perempuan Tionghoa dengan alasan nanti kualat menikah dengan “saudara tua”. 

Sedangkan orang Tionghoa diperbolehkan menikahi perempuan Jawa karena dianggap “saudara muda”.

Begitulah dongeng asal mula kata Babah

Tentu saja ini hanya sebuah dongeng, jadi tidak perlu dipercaya. 

Karena pada kenyataannya orang-orang Jawa ada yang cantik dan ada yang tidak, begitu pula dengan orang Tionghoa. 

Mengenai perkawinan, jaman sekarang orang bebas kawin dengan siapa saja, yang penting saling mencintai. 

Referensi:
I.B. Mantra, Astrid S, Susanto, Budi Susanto, Singgih Wibisono, Cerita Rakyat Daerah Jawa Timur, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Baca juga cerita rakyat Jawa Timur lainnya:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar