Berikut ini sebuah cerita rakyat dari Jawa Timur tentang Sura Alap Alap beserta pasukannya pada masa perang melawan Kompeni Belanda.
Pada masa perang perjuangan melawan Kompeni Belanda, Sura Alap Alap diberi tugas sebagai pimpinan Rajekwesi di sebelah timur. Perang antara pejuang pribumi melawan Kompeni berlangsung tidak seimbang karena persenjataan pasukan pribumi yang tidak memadai. Khawatir akan jatuhnya banyak korban jiwa, Sura Alap Alap lantas memerintahkan seluruh pasukannya, yang merupakan penduduk dusun situ juga, untuk pergi meninggalkan dusun tersebut.
Sepeninggal Sura Alap Alap beserta pasukannya, ajaib, dusun tersebut berubah menjadi sebuah telaga yang dipenuhi ikan Tageh.
Saat pasukan Kompeni mendatangi dusun tersebut untuk memerangi pasukan Sura Alap Alap, mereka kebingungan karena tidak menemukan seorang penduduk pun.
Kompeni juga tidak bisa melanjutkan perjalanan karena terhalang oleh telaga.
Akhirnya pasukan Kompeni meninggalkan telaga tersebut.
Saat pasukan Kompeni mendatangi dusun tersebut untuk memerangi pasukan Sura Alap Alap, mereka kebingungan karena tidak menemukan seorang penduduk pun.
Kompeni juga tidak bisa melanjutkan perjalanan karena terhalang oleh telaga.
Akhirnya pasukan Kompeni meninggalkan telaga tersebut.
Setelah pasukan Kompeni pergi, telaga itu pun mengering dan kembali menjadi dusun seperti semula.
Merasa keadaan telah aman, Sura Alap Alap beserta pasukannya kembali ke dusun tempat tinggal mereka.
Kemudian Sura Alap Alap membuat sebuah kuburan sepanjang kurang lebih 3 meter.
Kuburan tersebut terletak di sebelah timur desa Tanggungan.
Merasa keadaan telah aman, Sura Alap Alap beserta pasukannya kembali ke dusun tempat tinggal mereka.
Kemudian Sura Alap Alap membuat sebuah kuburan sepanjang kurang lebih 3 meter.
Kuburan tersebut terletak di sebelah timur desa Tanggungan.
Sejak saat itu, Sura Alap Alap memberikan peringatan kepada seluruh penduduk desa agar mereka tidak memakan ikan Tageh.
“Jangan hendaknya ada anak cucuku dan penduduk desa disini yang memakan ikan Tageh. Karena ikan-ikan Tageh telah berjasa dalam menyelamatkan seluruh penduduk desa selama masa peperangan dengan Kompeni. Jika ada yang melanggar, maka ia akan mendapatkan malapetaka.” kata Sura.
Begitulah cerita rakyat Jawa Timur mengenai penyebab larangan orang desa Tanggungan tidak boleh makan ikan Tageh.
Referensi:
I.B. Mantra, Astrid S, Susanto, Budi Susanto, Singgih Wibisono, Cerita Rakyat Daerah Jawa Timur, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
“Jangan hendaknya ada anak cucuku dan penduduk desa disini yang memakan ikan Tageh. Karena ikan-ikan Tageh telah berjasa dalam menyelamatkan seluruh penduduk desa selama masa peperangan dengan Kompeni. Jika ada yang melanggar, maka ia akan mendapatkan malapetaka.” kata Sura.
Begitulah cerita rakyat Jawa Timur mengenai penyebab larangan orang desa Tanggungan tidak boleh makan ikan Tageh.
Referensi:
I.B. Mantra, Astrid S, Susanto, Budi Susanto, Singgih Wibisono, Cerita Rakyat Daerah Jawa Timur, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Baca juga cerita rakyat Jawa Timur lainnya:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar