Alkisah pada zaman dahulu kala, hidup seorang ibu bernama Mbah Irapati yang disegani oleh penduduk di sepanjang sungai Kuning karena memiliki kesaktian. Ia memiliki seorang anak. Mbah Irapati sangat menyayangi anaknya.
Di suatu hari, anak Mbah Irapati mandi di tepi sungai Kuning.
Tanpa disadarinya, seekor buaya lapar mendekat.
Dengan secepat kilat si buaya menyambar si anak hingga tewas.
Tanpa disadarinya, seekor buaya lapar mendekat.
Dengan secepat kilat si buaya menyambar si anak hingga tewas.
Sadar anaknya belum juga pulang, Mbah Irapati merasa gelisah.
Ia kemudian pergi mencari anaknya.
Sekian lama mencari namun ia belum juga menemukan anaknya.
Saat menyusuri sungai Kuning, sadarlah Mbah Irapati bahwa anaknya telah tewas dibawa oleh seekor buaya setelah melihat bekas-bekasnya.
Dengan sangat marah bercampur sedih, Mbah Irapati mengumpulkan semua buaya yang hidup di sungai Kuning.
Ia kemudian pergi mencari anaknya.
Sekian lama mencari namun ia belum juga menemukan anaknya.
Saat menyusuri sungai Kuning, sadarlah Mbah Irapati bahwa anaknya telah tewas dibawa oleh seekor buaya setelah melihat bekas-bekasnya.
Dengan sangat marah bercampur sedih, Mbah Irapati mengumpulkan semua buaya yang hidup di sungai Kuning.
“Wahai seluruh buaya yang hidup di sungai Kuning! Keluarlah kalian semua! Aku mencari anakku. Jika ada diantara kalian yang melukai anakku, maka aku akan memberi balasan setimpal.” teriak Mbah Irapati.
“Celaka ini! Siapa yang berani menyambar anak Mbah Irapati?” para buaya berkata kepada sesama mereka.
Para buaya sungai Kuning kemudian keluar dari sungai dan berkumpul di dekat Mbah Irapati.
Tetapi ada seekor buaya yang terlihat datang dengan terpaksa karena didorong oleh buaya-buaya lainnya.
Para buaya sungai Kuning kemudian keluar dari sungai dan berkumpul di dekat Mbah Irapati.
Tetapi ada seekor buaya yang terlihat datang dengan terpaksa karena didorong oleh buaya-buaya lainnya.
“Pastilah buaya tersebut yang telah menyambar anakku.” kata Mbah Irapati. “Hai buaya! Kamukah yang telah berani menyambar anakku?” tanya Mbah Irapati.
“Maaf Mbah, mohon ampun, memang benar saya yang telah menyambar anak Mbah. Mohon ampun Mbah.” kata si buaya.
“Bawalah anakku kemari.” kata Mbah Irapati.
Setelah anaknya dibawa kehadapannya, Mbah Irapati kemudian menghidupkan kembali anaknya.
Si buaya dikalunginya sebuah kalung dari ijuk.
“Baiklah, untuk kali ini Aku maafkan. Tetapi ingat, mulai saat ini jangan ada lagi buaya yang mengganggu penduduk dan menganiaya penduduk di sepanjang sungai Kuning.” Mbah Irapati mengingatkan para buaya.
Si buaya dikalunginya sebuah kalung dari ijuk.
“Baiklah, untuk kali ini Aku maafkan. Tetapi ingat, mulai saat ini jangan ada lagi buaya yang mengganggu penduduk dan menganiaya penduduk di sepanjang sungai Kuning.” Mbah Irapati mengingatkan para buaya.
Seluruh buaya menyanggupi. “Kami berjanji tidak akan mengganggu para penduduk di sepanjang sungai Kuning.
Apabila ada kejadian demikian, maka pelakunya bukanlah buaya dari tempat ini, melainkan dari tempat lain.”
Demikianlah akhir cerita cerita rakyat Jawa Timur yang mengisahkan tentang Mbah Irapati dan seekor buaya.
Referensi:
I.B. Mantra, Astrid S, Susanto, Budi Susanto, Singgih Wibisono, Cerita Rakyat Daerah Jawa Timur, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Apabila ada kejadian demikian, maka pelakunya bukanlah buaya dari tempat ini, melainkan dari tempat lain.”
Demikianlah akhir cerita cerita rakyat Jawa Timur yang mengisahkan tentang Mbah Irapati dan seekor buaya.
Referensi:
I.B. Mantra, Astrid S, Susanto, Budi Susanto, Singgih Wibisono, Cerita Rakyat Daerah Jawa Timur, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Baca juga cerita rakyat Jawa Timur lainnya:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar