Dahulu pernah bertahta seorang raja adil dan bijaksana di sebuah kerajaan di pulau Jawa. Sang raja mendapatkan wangsit atau bisikan gaib dari dari dewata, bahwa di seluruh wilayah kerajaan yang dipimpinnya akan ditimpa wabah. Sang dewa memberi bisikan bahwa raja harus membuat sayembara ke seluruh rakyat untuk mencari buah jeruk emas sebagai tumbal penolak wabah.
Raja kemudian mengumumkan sayembara ke seluruh penjuru kerajaan mengenai pencarian buah emas tersebut.
Barang siapa mampu menemukan buah jeruk emas tersebut maka, raja akan memberinya hadiah yang banyak.
Barang siapa mampu menemukan buah jeruk emas tersebut maka, raja akan memberinya hadiah yang banyak.
Rakyat di seluruh penjuru kerajaan menjadi heboh dengan sayembara tersebut.
Mereka merasa tertarik untuk mengikuti sayembara karena dijanjikan mendapatkan hadiah dari raja.
Namun, rakyat juga merasa kebingungan harus kemana mencari buah jeruk emas tersebut.
Mereka merasa tertarik untuk mengikuti sayembara karena dijanjikan mendapatkan hadiah dari raja.
Namun, rakyat juga merasa kebingungan harus kemana mencari buah jeruk emas tersebut.
Adalah Pak Sikir, seorang yang mengaku memiliki kesaktian dan mampu mendapatkan buah jeruk emas.
Pak Sikir pun menghadap raja.
Setelah mendapat restu, ia kemudian pergi untuk mencari buah jeruk emas.
Karena kesaktiannya, tanpa waktu lama Pak Sikir berhasil mendapatkan buah jeruk emas.
Buah tersebut ia masukkan ke dalam bakul besar yang ia bawa.
Pak Sikir merasa amat senang memikirkan hadiah-hadiah yang akan diterimanya dari raja.
Di tengah perjalanan menuju istana raja, Pak Sikir bertemu dengan seorang tua.
Pak Sikir pun menghadap raja.
Setelah mendapat restu, ia kemudian pergi untuk mencari buah jeruk emas.
Karena kesaktiannya, tanpa waktu lama Pak Sikir berhasil mendapatkan buah jeruk emas.
Buah tersebut ia masukkan ke dalam bakul besar yang ia bawa.
Pak Sikir merasa amat senang memikirkan hadiah-hadiah yang akan diterimanya dari raja.
Di tengah perjalanan menuju istana raja, Pak Sikir bertemu dengan seorang tua.
“Apa yang Engkau bawa dalam bakulmu itu?” tanya orang tua tersebut.
“Oh, ini hanyalah pasir.” jawab Pak Sikir berbohong.
“Oh begitu.” kata pak tua sambil menganggukkan kepalnya. “Baiklah. Teruskan perjalananmu.” kata pak tua lagi.
Setibanya di istana raja, Pak Sikir pun menghadap raja untuk menyerahkan buah jeruk emas yang ia dapatkan.
Namun betapa terkejutnya Pak Sikir, karena di dalam bakul besarnya hanya terdapat pasir.
Raja sangat marah karena merasa dibohongi Pak Sikir.
Namun betapa terkejutnya Pak Sikir, karena di dalam bakul besarnya hanya terdapat pasir.
Raja sangat marah karena merasa dibohongi Pak Sikir.
Kemudian menghadap orang lain kepada raja untuk menyampaikan kesanggupannya mendapatkan buah jeruk emas.
Iapun pergi mencari dan berhasil mendapatkan buah jeruk emas.
Di tengah perjalanan pulang, ia bertemu pak tua yang menanyakan benda apa yang dibawanya.
Iapun berbohong, seperti Pak Sikir, dengan mengatakan bahwa yang dibawanya hanyalah batu-bata.
Ajaib, jeruk emas yang dibawanya itu berubah menjadi batu-bata.
Lagi-lagi raja dibuat marah karena kegagalan mendapatkan jeruk emas.
Kemudian datang orang lain lagi menyanggupi mendapatkan buah jeruk emas dan ia berhasil mendapatkannya, tetapi diakuinya kepada pak tua bahwa yang dibawanya adalah kerikil, maka berubahlah jeruk emas tersebut menjadi kerikil.
Demikian kejadian ini terus terjadi berulang-ulang.
Raja merasa putus asa dan menggangap tidak ada rakyatnya yang mampu mendapatkan jeruk emas.
Iapun pergi mencari dan berhasil mendapatkan buah jeruk emas.
Di tengah perjalanan pulang, ia bertemu pak tua yang menanyakan benda apa yang dibawanya.
Iapun berbohong, seperti Pak Sikir, dengan mengatakan bahwa yang dibawanya hanyalah batu-bata.
Ajaib, jeruk emas yang dibawanya itu berubah menjadi batu-bata.
Lagi-lagi raja dibuat marah karena kegagalan mendapatkan jeruk emas.
Kemudian datang orang lain lagi menyanggupi mendapatkan buah jeruk emas dan ia berhasil mendapatkannya, tetapi diakuinya kepada pak tua bahwa yang dibawanya adalah kerikil, maka berubahlah jeruk emas tersebut menjadi kerikil.
Demikian kejadian ini terus terjadi berulang-ulang.
Raja merasa putus asa dan menggangap tidak ada rakyatnya yang mampu mendapatkan jeruk emas.
Lalu datang seorang buyung bernama Ki Jaka Meleng, anak mbok randa Meleng menghadap raja untuk menyampaikan kesanggunpannya mendapatkan jeruk emas.
Raja yang telah merasa patah arang tidak percaya kepadanya.
Tapi si buyung tetap memaksa raja untuk merestuinya mencari buah jeruk emas.
Raja akhirnya merestui dengan syarat jika ia gagal mendapatkan jeruk emas, maka kepalanya akan dipenggal.
Si buyung setuju.
Ki Jaka kemudian pergi mencari jeruk emas dan akhirnya berhasil mendapatkannya.
Di tengah perjalanan, seorang tua menanyakan apa gerangan yang dibawanya.
Ki Jaka menjawab dengan jujur bahwa yang dibawanya adalah buah jeruk emas permintaan raja.
Pak Tua mengganggukkan kepala dan berkata “Berhati-hatilah nak, kalau-kalau buah itu dicuri orang”.
Raja yang telah merasa patah arang tidak percaya kepadanya.
Tapi si buyung tetap memaksa raja untuk merestuinya mencari buah jeruk emas.
Raja akhirnya merestui dengan syarat jika ia gagal mendapatkan jeruk emas, maka kepalanya akan dipenggal.
Si buyung setuju.
Ki Jaka kemudian pergi mencari jeruk emas dan akhirnya berhasil mendapatkannya.
Di tengah perjalanan, seorang tua menanyakan apa gerangan yang dibawanya.
Ki Jaka menjawab dengan jujur bahwa yang dibawanya adalah buah jeruk emas permintaan raja.
Pak Tua mengganggukkan kepala dan berkata “Berhati-hatilah nak, kalau-kalau buah itu dicuri orang”.
Setibanya di kerajaan, Ki Jaka menyerahkan buah jeruk emas kepada raja.
Tentu saja raja merasa gembira si buyung berhasil menjalankan tugasnya untuk menyelamatkan kerajaan dari wabah.
Raja akhirnya memenuhi janjinya dengan memberikan hadiah-hadiah, bahkan memberikan jabatan bupati kepada Ki Jaka.
Demikianlah cerita rakyat Jawa Timur mengenai buah jeruk emas.
Tentu saja raja merasa gembira si buyung berhasil menjalankan tugasnya untuk menyelamatkan kerajaan dari wabah.
Raja akhirnya memenuhi janjinya dengan memberikan hadiah-hadiah, bahkan memberikan jabatan bupati kepada Ki Jaka.
Demikianlah cerita rakyat Jawa Timur mengenai buah jeruk emas.
I.B. Mantra, Astrid S, Susanto, Budi Susanto, Singgih Wibisono, Cerita Rakyat Daerah Jawa Timur, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Terima kasih telah berkunjung :)
BalasHapusMakasih, tugas anakku selesai.haha
BalasHapusWahhh ceritanya sangat menarik
BalasHapushttps://kulitmanggisku.com/
pak Sikir seperti nama admin https://amoteebeauty.com/ hahaha, nice story btw
BalasHapus