Dongeng Si Kancil Mencuri Timun merupakan cerita terkenal di Indonesia. Di suatu desa yang tenang, hiduplah Pak Tani beserta keluarganya. Sehari-hari Pak Tani menghidupi keluarganya dengan cara bertani dan berkebun. Ia memiliki ladang dan kebun-kebun yang tidak terlalu besar. Di kebunnya, Pak Tani menanam berbagai macam sayuran seperti ketimun, tomat, cabai, singkong dan sayuran lainnya. Sebagian kecil hasil kebun ia makan bersama keluarganya sedang sebagian besar ia jual ke pasar.
Siang malam Pak Tani menjaga kebunnya dari gangguan Si Kancil. Ia sudah merasa kesal dengan kelakuan Si Kancil yang sering mencuri timun di kebunnya. Untuk mencegah masuknya si Kancil ke kebun miliknya, Pak Tani membuat pagar yang cukup tinggi.
Si Kancil Merasa Lapar
Di suatu malam, si Kancil merasa perutnya lapar.
“Aduh perutku keroncongan. Sudah waktunya mencari makan.Aku akan ke kebun Pak Tani untuk makan timun yang lezat. Kalau sudah larut malam begini Pak Tani tidak mungkin berjaga di kebunnya.” kata si Kancil.
“Aduh perutku keroncongan. Sudah waktunya mencari makan.Aku akan ke kebun Pak Tani untuk makan timun yang lezat. Kalau sudah larut malam begini Pak Tani tidak mungkin berjaga di kebunnya.” kata si Kancil.
Ia kemudian melompat-lompat menuju kebun Pak Tani. Bukan hanya mencuri timun, Si Kancil juga merusak pagar kebun Pak Tani dengan cara menendangnya. Setelah perutnya terasa kenyang, Si Kancil buru-buru meninggalkan kebun Pak Tani, karena merasa takut ketahuan.
Pak Tani Menjebak Si Kancil
Pagi harinya, seperti biasa, Pak Tani pergi menuju kebun miliknya membawa cangkul sambil bersiul. Pak Tani hendak memeriksa kebun timunnya barangkali sudah bisa dipanen. Tetapi alangkah terkejutnya Pak Tani melihat buah timun miliknya banyak yang hilang.
"Aduh! siapa yang merusak kebunku. Timun banyak yang hilang pagarpun rusak. Kalo mencuri kenapa harus merusak kebun?"
Pak Tani pulang ke rumah sambil memikirkan siapa pelakunya.
"Biasanya Si Kancil merusak kebunku. Aku harus mencari akal agar bisa menangkap si Kancil." pikir Pak Tani.
Sesampainya di rumah, Pak Tani segera membuat orang-orangan sawah yang akan digunakan untuk menjebak Si Kancil. Sore harinya orang-orangan sawah selesai dibuat. Pak Tani melumuri orang-orang sawah dengan perekat, tujuannya agar Si Kancil terjebak. Sebelum malam tiba, orang-orangan sawah telah dipasang oleh Pak Tani di tengah kebun.
Si Kancil Terkena Jebakan Pak Tani
Malam harinya Si Kancil kembali mendatangi kebun Pak Tani untuk mencuri timun. Begitu melihat orang-orangan sawah di kebun, Si Kancil tertawa terbahak-bahak.
"Ha ha ha...itu kan cuma orang-orangan sawah, tak akan mungkin bisa menangkapku. Bergerak saja tak bisa. Pak Tani berpikir aku akan takut melihat orang-orangan sawah itu." kata si Kancil sambil tertawa terbahak.
Si Kancil kemudian kembali makan timun dengan lahap. Setelah selesai makan, ia menghampiri orang-orangan sawah.
"Kalaupun orang-orangan sawah ini aku pukul, dia pasti akan diam saja." Gumam Si Kancil.
Lalu Si Kancil menendang orang-orangan sawah dengan kakinya, "Buk!" kaki Si Kancil langsung menempel pada orang-orangan sawah.
"Aduh! kenapa kakiku menempel!" teriak Si Kancil terkejut.
"Lepaskan kakiku orang-orangan jelek!" teriak Si Kancil.
Si Kancil kemudian memukul lagi menggunakan kaki kirinya. "Buk!" kini malah kedua kaki kancil menempel pada orang-orangan sawah itu.
“Aduh keterlaluan ternyata Pak Tani mengoleskan perekat pada orang-orangan sawah ini. Seharusnya setelah makan timun Aku langsung pergi saja.”
“Aduh keterlaluan ternyata Pak Tani mengoleskan perekat pada orang-orangan sawah ini. Seharusnya setelah makan timun Aku langsung pergi saja.”
Semalaman Si Kancil menangis karena tidak bisa bergerak. Ia menyesal kenapa harus menendang orang-orangan sawah. Perekat yang dipasang Pak Tani merekat sangat kuat.
Pak Tani Mengurung Si Kancil
Pagi harinya Pak Tani datang untuk memeriksa keadaan kebun sambil membawa sebuah pentungan kayu jati. Begitu melihat Si Kancil menempel pada orang-orangan sawah, Pak Tani pun gembira.
"Pasti ini yang mencuri timun dan merusak kebunku. Akhirnya tertangkap juga kau Kancil." kata Pak Tani.
"Ampun Pak Tani, ampun. Aku cuma makan empat buah timun saja tapi tak merusak kebunmu. Sekarang tolong lepaskan Aku Pak Tani yang baik. Aku berjanji tidak akan mencuri lagi." Si Kancil memohon ampun.
“Diam Kamu Kancil! Ini bukan pertama kalinya kamu mencuri timun di kebunku. Mana mungkin Aku akan percaya begitu saja omonganmu.” Pak Tani tidak percaya begitu saja omongan Si Kancil.
Ia lalu melepaskan Si Kancil dari orang-orangan sawah & mengikatnya untuk dibawa ke rumah. Sesampainya di rumah, Pak Tani memasukkan Si Kancil ke dalam kurungan ayam.
Ia lalu melepaskan Si Kancil dari orang-orangan sawah & mengikatnya untuk dibawa ke rumah. Sesampainya di rumah, Pak Tani memasukkan Si Kancil ke dalam kurungan ayam.
"Kau tunggu disini Kancil. Aku akan ke pasar membeli bumbu sate. Kau akan kubuat jadi sate yang lezat. Lumayan untuk makan nanti malam." kata Pak Tani.
Si Kancil terkejut & sangat ketakutan. "Ampun Pak Tani, aku jangan disate. Dagingku tidak enak. Tolong lepaskan aku Pak Tani, tolong!" Si Kancil menghiba.
"Itu hukuman buatmu Kancil karena telah mencuri & merusak kebunku." Pak Tani bersikap masa bodoh mendengar rengekan Si Kancil.
"Yang merusak kebunmu kambing jahat Pak Tani. Bukan aku!" ujar Si Kancil.
Pak Tani segera bergegas pergi ke pasar, sama sekali tidak perduli.
Si Kancil Menipu Anjing
Setelah Pak Tani pergi ke pasar, datanglah seekor anjing mendatangi Si Kancil. Anjing merasa keheranan melihat si Kancil berada dalam kurungan ayam.
"Hei Kancil! kenapa kamu terkurung disitu?" tanya anjing pada kancil.
"Masa kamu tak tahu hei anjing? Aku hendak dikawinkan dengan anak perempuan Pak Tani. Sekarang Pak Tani tengah pergi ke pasar membeli baju pengantin untukku."
"Dikawinkan? Yang benar saja kamu Kancil. Kamu tak pantas mengawini anak perempuan Pak Tani, Kancil!. Tubuh kamu kecil. Aku lebih pantas mengawini anak Pak Tani." jawab si Anjing.
"Buktinya Aku sekarang berada di kurungan ayam ini. Pak Tani menyuruhku menunggunya untuk menikahkan Aku dengan putrinya. Pergi sana kamu jangan ganggu pernikahanku! Kamu yang tidak pantas menjadi mantu Pak Tani." jawab Si Kancil.
Si Anjing merasa marah dihina oleh si Kancil. Ia menginginkan bahwa dirinya yang menjadi menantu Pak Tani.
"Kau pergilah kancil, Aku saja yang menjadi menantu Pak Tani. Kalau kamu tak mau kugantikan, akan kugigit lehermu kemudian kumakan tubuhmu." teriak anjing kesal.
"Kau pergilah kancil, Aku saja yang menjadi menantu Pak Tani. Kalau kamu tak mau kugantikan, akan kugigit lehermu kemudian kumakan tubuhmu." teriak anjing kesal.
"Jangan begitu anjing..! Baiklah kau boleh menggantikanku mengawini anak Pak Tani. Sekarang lepaskan aku dari kurungan." kata Si Kancil pura-pura ketakutan.
Anjing kemudian melepaskan kurungan dengan mendorongnya hingga jatuh. Si Kancil keluar, sementara anjing masuk ke dalam kurungan menggantikannya.
"Selamat anjing sekarang kau menjadi calon pengantin baru. Sekarang aku pergi ya anjing." Si Kancil bergegas pergi berlari ke dalam hutan.
"Pergilah kau Kancil!" kata anjing.
Pak Tani Pulang Dari Pasar
Tak lama kemudian Pak Tani pulang dari pasar membawa bumbu sate. Ketika melihat anjing di dalam kurungan Pak Tani terkejut.
"Sedang apa kamu disini anjing? mana Si Kancil?" Pak Tani sangat kesal melihat si Kancil tidak ada dalam kurungan ayam.
"Hormat Pak Tani, Si Kancil merelakan haknya sebagai calon menantu Pak Tani kepada saya. Dia sudah lari ke hutan. Sekarang sayalah calon suami anak perempuan Pak Tani." kata si anjing.
"Apa katamu anjing? Si Kancil lari ke hutan dan kamu ingin jadi menantuku?" teriak Pak Tani gusar.
"Iya benar Pak Tani, sekarang sayalah calon menantu Pak Tani." jawab si anjing sangat gembira.
"Si Kancil kurang ajar, mau disate malah menipu si anjing." kata Pak Tani dalam hati.
"Baiklah anjing, sekarang kau keluar dari kurungan. Aku akan ke rumah sebentar membawa putriku." kata Pak Tani.
Anjing pun keluar dari kurungan hatinya sangat gembira. Tak lama kemudian Pak Tani keluar rumah membawa pentungan kayu & langsung memukuli anjing.
"Nih aku beri hadiah pentungan! Susah payah Aku menangkap si Kancil eh kamu malah melepaskannya.' teriak Pak Tani sambil memukuli anjing.
"Ampun Pak Tani...ampun...Aku ditipu si Kancil Pak Tani...Ampun..." Anjing berteriak kesakitan.
Sementara di hutan Si Kancil tengah berlari kencang sambil sesekali menoleh ke belakang takut kalau-kalau anjing mengejarnya dari belakang. Namun dalam hatinya si Kancil merasa geli karena berhasil melepaskan diri dari kurungan Pak Tani dengan cara menipu si Anjing.
Referensi:
- Purnomo, S.Pd, Hadi. 2013. Kumpulan Cerita Rakyat. Yogyakarta: Tugu Publisher.
- Sukmawan. Sony. Representasi Budaya Jawa Dalam Dongeng Si Kancil (Sebuah Kajian budaya).
Baca juga Dongeng Si Kancil lainnya:
kelincinya lucuuu.. :D
BalasHapusIya gambarnya sudah diganti. Terima kasih atasa koreksinya sahabat Arawati. Makasih telah berkunjung. :)
Hapusbaguz
BalasHapus