Alkisah, seekor burung garuda raksasa tiba-tiba datang ke negeri Sorume (sekarang bernama Kolaka, Sulawesi Tenggara). Si Burung membuat kacau seisi negeri. Setiap hari garuda raksasa tersebut mencuri hewan ternak untuk dimangsa. Para penduduk merasa kuatir, jika hal ini dibiarkan lambat-laun hewan ternak mereka akan habis bahkan mungkin garuda raksasa tersebut suatu saat akan memangsa manusia.
Larumbalangi adalah seorang pandai sakti mandraguna.
Ia tinggal di negeri Solumba (sekarang Belandete).
Larumbalangi memiliki sebilah keris dan selembar sarung pusaka yang dapat digunakan untuk terbang.
Penduduk Sorume mengirim utusan ke negeri Solumba, meminta kesediaan Larumbalangi membantu mengusir burung garuda raksasa pengacau negeri mereka.
Tidak lama kemudian para utusan negeri Sorume tiba di negeri Solumba menemui Larumbalangi.
Para utusan menceritakan peristiwa yang menimpa negeri mereka pada Larumbalangi.
Mereka meminta kesediaannya untuk membantu.
Larumbalangi kemudian memberikan saran pada para utusan, agar mereka mengumpulkan bambu tua.
Kemudian ujungnya dibuat runcing dan diolesi racun.
Para utusan menceritakan peristiwa yang menimpa negeri mereka pada Larumbalangi.
Mereka meminta kesediaannya untuk membantu.
Larumbalangi kemudian memberikan saran pada para utusan, agar mereka mengumpulkan bambu tua.
Kemudian ujungnya dibuat runcing dan diolesi racun.
“Untuk mengatasi garuda raksasa, kalian harus menggunakan strategi yang tepat. Kumpulkanlah oleh kalian bambu tua kemudian buat ujungnya menjadi runcing. Olesi juga ujungnya dengan racun. Carilah seorang pemberani di negeri kalian untuk melawan si garuda raksasa. Pagari ia dengan bambu runcing. Jadi apabila burung Kongga menyerang, ia akan tertusuk oleh bambu beracun.” kata Larumbalangi.
Sayembara Mencari Umpan Melawan Garuda Raksasa
Para utusan mengucapkan terima kasih atas saran Larumbalangi.
Mereka segera pulang ke negeri Sorume untuk melaksanakan strategi bambu runcing.
Sesampainya di Sorume, para utusan menyampaikan strategi Larumbalangi pada para tetua.
Malam harinya, para tetua adat segera mengadakan sayembara mencari laki-laki pemberani untuk dijadikan umpan melawan garuda raksasa.
Apabila ada rakyat jelata mau menjadi umpan, maka Ia akan diangkat menjadi bangsawan.
Dan jika Ia seorang bangsawan, maka Ia akan diangkat menjadi pemimpin negeri.
Mereka segera pulang ke negeri Sorume untuk melaksanakan strategi bambu runcing.
Sesampainya di Sorume, para utusan menyampaikan strategi Larumbalangi pada para tetua.
Malam harinya, para tetua adat segera mengadakan sayembara mencari laki-laki pemberani untuk dijadikan umpan melawan garuda raksasa.
Apabila ada rakyat jelata mau menjadi umpan, maka Ia akan diangkat menjadi bangsawan.
Dan jika Ia seorang bangsawan, maka Ia akan diangkat menjadi pemimpin negeri.
Keesokan harinya, ratusan pendekar baik dari kalangan bangsawan maupun rakyat jelata telah berkumpul untuk mengikuti sayembara tersebut.
Setiap orang menunjukkan kemampuannya di hadapan sesepuh negeri Sorume.
Akhirnya setelah melewati persaingan ketat, terpilih seorang pemenang bernama Tasahea.
Tasahea merupakan rakyat biasa dari negeri Loeya.
Setiap orang menunjukkan kemampuannya di hadapan sesepuh negeri Sorume.
Akhirnya setelah melewati persaingan ketat, terpilih seorang pemenang bernama Tasahea.
Tasahea merupakan rakyat biasa dari negeri Loeya.
Para sesepuh kemudian memerintahkan penduduk untuk membuat membuat bambu runcing beracun kemudian dipasang di Padang Bende.
Tasahea kemudian dimasukkan ke dalam lingkaran yang dikelilingi oleh bambu beracun.
Masyarakat segera meninggalkan Tasahea berdiri sendirian di dalam bambu beracun untuk memancing burung garuda raksasa.
Tasahea kemudian dimasukkan ke dalam lingkaran yang dikelilingi oleh bambu beracun.
Masyarakat segera meninggalkan Tasahea berdiri sendirian di dalam bambu beracun untuk memancing burung garuda raksasa.
Garuda Raksasa Mati
Sudah berjam-jam Tasahea berdiri sendirian di dalam bambu runcing beracun, namun burung garuda raksasa belum juga kelihatan.
Pada siang harinya, tiba-tiba saja cuaca berubah dari cerah menjadi mendung lagi sangat mencekam.
Pada saat itulah, Tasahea melihat burung garuda raksasa terbang mendekatinya.
Burung raksasa Kongga berusaha menyerang Tasahea.
Tapi sial, belum sempat menyerang, sayap garuda raksasa tertusuk oleh bambu runcin beracun.
Burung garuda raksasa berteriak kesakitan.
Tasahea tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, Ia mengambil sebilah bambu runcing beracun kemudian menancapkannya ke bagian dada garuda raksasa.
Burung garuda meronta-ronta kesakitan sampai akhirnya Ia berhasil terlepas dari bambu runcing.
Ia segera terbang tinggi namun tidak lama kemudian Ia jatuh ke sebuah gunung.
Tidak lama kemudian Garuda akhirnya mati karena efek racun bambu runcing.
Pada siang harinya, tiba-tiba saja cuaca berubah dari cerah menjadi mendung lagi sangat mencekam.
Pada saat itulah, Tasahea melihat burung garuda raksasa terbang mendekatinya.
Burung raksasa Kongga berusaha menyerang Tasahea.
Tapi sial, belum sempat menyerang, sayap garuda raksasa tertusuk oleh bambu runcin beracun.
Burung garuda raksasa berteriak kesakitan.
Tasahea tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, Ia mengambil sebilah bambu runcing beracun kemudian menancapkannya ke bagian dada garuda raksasa.
Burung garuda meronta-ronta kesakitan sampai akhirnya Ia berhasil terlepas dari bambu runcing.
Ia segera terbang tinggi namun tidak lama kemudian Ia jatuh ke sebuah gunung.
Tidak lama kemudian Garuda akhirnya mati karena efek racun bambu runcing.
Larumbalangi Diangkat Menjadi Pemimpin
Penduduk negeri Sorume bersorak-sorak mengelu-elukan Tasahea sebagai pahlawan.
Namun kegembiraan rakyat tidak berlangsung lama.
Bangkai burung garuda raksasa ternyata menyebarkan wabah penyakit.
Banyak penduduk meninggal setelah muntah-muntah karena wabah penyakit.
Begitu pula tanaman penduduk banyak mati diserang ulat.
Mengetahui hal ini para tetua adat kembali mengirim utusan untuk menemui Larumbalangi.
Namun kegembiraan rakyat tidak berlangsung lama.
Bangkai burung garuda raksasa ternyata menyebarkan wabah penyakit.
Banyak penduduk meninggal setelah muntah-muntah karena wabah penyakit.
Begitu pula tanaman penduduk banyak mati diserang ulat.
Mengetahui hal ini para tetua adat kembali mengirim utusan untuk menemui Larumbalangi.
Sesampainya di negeri Solumba, para utusan menyampaikan permasalahan wabah yang berasal dari bangkai burung garuda Kongga kepada Larumbalangi.
Mendengar hal ini, Larumbalangi segera berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar menurunkan hujan deras agar bangkai garuda raksasa beserta ulat-ulat terbawa banjir.
Mendengar hal ini, Larumbalangi segera berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar menurunkan hujan deras agar bangkai garuda raksasa beserta ulat-ulat terbawa banjir.
Tuhan mengabulkan doa Larumbalangi.
Negeri Sorume dilanda hujan sangat deras selama tujuh hari tujuh malam.
Akibatnya Negeri Sorume mengalami banjir hebat. Banjir hebat tersebut membawa bangkai garuda raksasa beserta ulat-ulat hanyut terbawa air.
Setelah hujan reda & banjir surut, wabah penyakit beserta ulat yang melanda negeri Sorume akhirnya hilang.
Rakyat negeri Sorume bergembira, akhirnya kedamaian bisa hadir di negeri mereka.
Untuk menghargai jasa Tasahea & Larumbalangi, para tetua ada sepakat mengangkat Tasahea menjadi bangsawan.
Sedangkan Larumbalangi diangkat sebagai pemimpin negeri Sorume.
Menurut sebuah legenda, gunung tempat jatuhnya burung garuda raksasa tersebut diberi nama Gunung Mekongga di Sulawesi Tenggara
Negeri Sorume dilanda hujan sangat deras selama tujuh hari tujuh malam.
Akibatnya Negeri Sorume mengalami banjir hebat. Banjir hebat tersebut membawa bangkai garuda raksasa beserta ulat-ulat hanyut terbawa air.
Setelah hujan reda & banjir surut, wabah penyakit beserta ulat yang melanda negeri Sorume akhirnya hilang.
Rakyat negeri Sorume bergembira, akhirnya kedamaian bisa hadir di negeri mereka.
Untuk menghargai jasa Tasahea & Larumbalangi, para tetua ada sepakat mengangkat Tasahea menjadi bangsawan.
Sedangkan Larumbalangi diangkat sebagai pemimpin negeri Sorume.
Menurut sebuah legenda, gunung tempat jatuhnya burung garuda raksasa tersebut diberi nama Gunung Mekongga di Sulawesi Tenggara
Referensi:
- Agni, Danu. 2013. Cerita Anak Seribu Pulau.Yogyakarta: Buku Pintar.
- Komandoko, Gamal. 2013. Koleksi Terbaik 100 plus Dongeng Rakyat Nusantara, PT.Buku Seru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar