Berikut adalah cerita daerah yang berasal dari Sumatra Utara. Cerita ini berjudul Kelana Sakti.
Pada zaman dahulu, berdirilah sebuah kerajaan yang bernama Purnama. Kerajaan ini diperintah oleh seorang raja yang bernama Indra Sakti. Raja Indra Sakti terkenal arif dan bijaksana dalam memimpin kerajaannya. Rakyat makmur, aman, damai dan sentosa dibawah pemerintahan beliau.
Raja Indra Sakti Sakit Keras
Namun, berita buruk telah terjadi, Raja Indra Sakti mengalami sakit keras. Sakit yang diderita oleh Raja Indra Sakti tergolong penyakit yang sangat parah dan sulit untuk disembuhkan. Beberapa orang tabib dari seluruh negeri bahkan dari negeri seberang pun didatangkan untuk menyembuhkan penyakit beliau. Namun, keadaan Raja Indra Sakti semakin lama semakin memburuk. Permaisuri dan putranya semakin cemas akan keadaan sang raja. Mereka tidak tega melihat keadaan sang raja yang terkulai lemas tidak berdaya di atas pembaringan. Wajah sang raja tampak pucat, semakin hari badannya semakin kurus, pandangannya sayu, raja bahkan terkadang tidak sadarkan diri.
Sang raja akhirnya ingin mengatakan sesuatu kepada permaisurinya. Beliau memiliki sebuah firasat.
Dengan suara lemah dan parau, sang raja berkata kepada permaisurinya “istriku, tampaknya umurku sudah tidak akan lama lagi. Cobalah engkau panggil Panglima Badau untuk menemuiku.”
“Baiklah kakanda, saya akan memanggilnya,” ujar sang permaisuri dengan raut wajah yang sangat sedih.
Tidak lama kemudian, Panglima Badau datang ke kamar sang raja.
“Hormat baginda raja, ada apa gerangan baginda memanggil hamba ?” tanya Panglima Badau.
“Begini Panglima Badau, aku rasa usiaku tidak akan lama lagi. Tubuhku semakin hari semakin melemah. Aku titip tampuk pemerintahan di pundakmu. Pimpinlah kerajaan ini dengan adil dan bijaksana. Rawatlah negeri ini dengan sepenuh hati. Jaga rakyatku dari ancaman mara bahaya. Aku menitipkan putraku kepadamu. Apabila dia telah dewasa nanti, nobatkanlah dia menjadi seorang raja, sebagai penerusku,” sang raja bertitip pesan kepada panglima Badau.
“Siap baginda yang mulia, Saya akan melaksanakan perintah baginda !” sahut Panglima Badau sambil memberi hormat.
Panglima Badau yang Angkuh Menjadi Raja
Akhirnya sang raja meninggal dunia. Seluruh rakyat merasakan kesedihan yang mendalam karena ditinggal pergi oleh seorang raja yang penuh kharisma. Mereka tidak yakin, apakah kerajaan ini dapat dipelihara dengan baik setelah kematian Raja Indra Sakti. Raja Indra Sakti tidak digantikan langsung oleh anaknya, sebab putranya masih berusia kanak-kanak. Akhirnya tampuk pemerintahan Raja Indra Sakti dipegang oleh seorang panglima kerajaan yang bernama Badau. Panglima Badau dikenal sebagai orang yang angkuh dan sombong.
Ketika masa pemerintahan Panglima Badau, terjadilah kekacauan di negeri Kerajaan Purnama. Panglima Badau tidak mengurus pemerintahan dengan benar. Dia suka berfoya-foya dengan rekan-rekannya. Uang negara pun menjadi cepat habis. Tidak hanya hidup berfoya-foya, Panglima Badau juga suka bermabuk-mabukan. Rakyat semakin hari semakin menderita. Mereka hidup dalam kecemasan. Kemiskinan dan kelaparan melanda negeri Purnama.
Rakyat sangat rindu dengan pemerintahan Raja Indra Sakti. Raja Indra Sakti terkenal dengan kedermawanan dan perhatiannya kepada rakyat. Selain itu, Raja Indra Sakti menjamin keamanan dan kemakmuran bagi setiap rakyatnya, sangat berbeda sekali dengan kepemimpinan Panglima Badau.
Rakyat Hidup Menderita
Dibawah kekuasaan Panglima Badau, rakyat hidup dengan sangat menderita. Sikap berfoya-foya Panglima Badau akhirnya menghabiskan uang istana. akhirnya Panglima Badau memerintahkan kepada anak buahnya untuk menarik pajak yang sangat tinggi kepada rakyat. Melihat tindakan Panglima Badau yang sudah tidak dapat ditoleransi lagi, rakyat menjadi hidup sengsara dan menderita. Hati mereka menjerit ingin kembali kepada masa pemerintahan Raja Indra Sakti. Tidak hanya memungut pajak yang tinggi, terkadang hasil bumi rakyat juga dirampas dengan paksa oleh prajurit istana, demi memenuhi keinginan berfoya-foya seorang Panglima Badau.
Rakyat hidup dalam ketakutan. Hasil bumi mereka dirampas. Pasar menjadi sepi, karena pedagang takut barang dagangannya dirampas. Akibatnya, perekonomian kerajaan pun mulai memburuk. Rakyat banyak yang disiksa dan dipenjara akibat menentang keputusan Panglima Badau.
Tidak hanya di kalangan rakyat, kalangan keluarga istana pun juga ketakutan atas sikap Panglima Badau. Mereka menentang sikap Panglima Badau, namun mereka ketakutan karena diancam akan dipenjarakan, disiksa, bahkan dibunuh.
Orang Tua Kelana Ditangkap Prajurit Kerajaan
Pada suatu tempat di wilayah Kerajaan Purnama, hiduplah sebuah keluarga petani yang rajin bekerja. Keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu, dan seorang anak remaja yang bernama Kelana. Kelana dikenal sebagai seorang anak yang baik hati. Selain baik hati, Kelana juga rajin bekerja untuk membantu kedua orang tuanya di ladang.
Suatu ketika, keluarga Kelana sedang duduk-duduk di teras rumah. Mereka istirahat untuk melepas lelah karena telah seharian bekerja di ladang. Namun, tidak lama kemudian, beberapa puluh prajurit datang ke rumahnya.
“Serahkan harta kalian !” bentak seorang prajurit kepada keluarga Kelana sambil menodongkan tombak yang tajam.
Kelana dan ayahnya tidak serta-merta langsung memberikan harta benda mereka. Sambil menghadang desakan para prajurit istana yang diutus oleh Panglima Badau tersebut, mereka berusaha mempertahankan harta keluarga. Namun, mereka kalah dalam hal kekuatan. Kelana dan ayahnya dihujani tendangan dan pukulan yang bertubi-tubi oleh para prajurit. Melihat kejadian itu, ibu Kelana berusaha memisahkan mereka.
“Tolong, jangan siksa kami. Ambilah semua harta kami, saya ikhlas asalkan jangan menyiksa suami dan anak saya,” kata ibu Kelana sambil mengiba.
“Kalian telah berusaha untuk melawan kami, sebagai balasannya kalian akan kami bawa ke istana !” kata salah satu dari prajurit tersebut.
Akhirnya sang ibu dan ayah Kelana diseret untuk dibawa ke istana. Kelana berusaha untuk menarik kedua orang tuanya dari cengkraman para prajurit Panglima Badau.
“Jangan ambil ayah ibuku...., ayah... ibu... berpeganglah kepada kedua tanganku...” seru Kelana sambil memegang kedua orang tuanya. Kelana tidak rela apabila ayah dan ibunya diseret serta dibawa oleh prajurit istana.
Namun, prajurit istana bertambah kesal. Mereka akhirnya memukul Kelana hingga tidak bisa bergerak. Kelana pingsan dan akhirnya tergeletak ke tanah. Ayah dan ibunya berhasil dipaksa ke istana.
Tidak lama berselang, Kelana telah siuman. Kelana terkejut melihat keadaan di sekelilingnya. Dia telah berada di sebuah tempat yang asing.
“Ayah... Ibu...,” Kelana berusaha memanggil ayah dan ibunya.
Namun bukan, kedua orang tuanya yang menghampiri Kelana, melainkan seorang kakek yang baik hati. Kakek tua itulah yang menolong Kelana. Dia berusaha mengobati Kelana hingga saat ini.
“Kedua orang tuamu telah diambil oleh prajurit istana, cucuku. Engkau tinggal lah di sini sebentar,” kata sang kakek.
Kelana Belajar Ilmu Bela Diri
Akhirnya, Kelana tinggal bersama kakek yang telah menolongnya. Di tempat kakek tersebut, Kelana diajarkan ilmu bela diri, ilmu pengobatan, dan seni perang. Tidak lama kemudian, Kelana bisa menguasai ilmu bela diri, pengobatan dan seni perang dari sang kakek sakti tersebut. Kelana berubah menjadi seorang pemuda yang sakti, namun cinta terhadap perdamaian.
Kelana Sakti
Hari demi hari berlalu, Kelana Sakti masih memikirkan nasib rakyat yang ditimpa kesusahan oleh penguasa yang zalim bernama Badau. Terlebih, Kelana masih ingat akan kepergian orang tuanya yang diambil secara paksa oleh prajurit istana. akhirnya, Kelana menghimpun para pemuda dan rakyat yang masih kuat untuk bersatu mengalahkan kekuatan Panglima Badau. Rakyat tersebut diajarkan ilmu bela diri dan seni perang oleh Kelana Sakti. Hingga akhirnya, Kelana dan para pengikutnya dapat menyerang istana yang dikuasai oleh Panglima Badau. Kelana dan para pengikutnya sangat kuat dan tangguh hingga dapat mengalahkan prajurit dan penguasa Badau itu sendiri. Kelana dapat membebaskan ayah dan ibunya yang dipenjara oleh Panglima Badau. Ayah dan ibunya sangat bangga dengan sikap kesatria Kelana. Karena Kelana dapat menyelamatkan negeri dari cengkraman penguasa jahat.
Rakyat bersuka cita akan kemenangan yang diraih oleh Kelana sakti dan pasukannya. Keluarga kerajaan pun juga senang atas kehadiran Kelana Sakti dalam membasmi kejahatan. Akhirnya Kelana Sakti diangkat menjadi raja. Kelana Sakti memimpin kerajaan secara arif dan bijaksana. Hingga akhirnya, kekuasan pemerintahan diserahkan kembali kepada putra Raja Indra Sakti yang telah beranjak dewasa. Namun, Kelana Sakti tetap dianggap sebagai pahlawan negeri dan namanya tetap dikenang oleh seluruh rakyat Kerajaan Purnama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar