15 April 2021

Kisah Putri Ular - Cerita Rakyat Sumatera Utara

Di sebuah daerah yang bernama Simalungun, Sumatera Utara sekarang, berdirilah sebuah kerajaan. Kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang raja yang arif bijaksana. Raja tersebut memiliki seorang putri yang cantik jelita. Putri raja tersebut terkenal dengan kecantikannya. Tidak hanya di kerajaan itu, kecantikan sang putri juga terkenal di negeri seberang. Seorang raja muda yang tampan dari negeri tetangga ingin mempersunting putri dari raja di daerah Simalungun itu.
Kisah Putri Ular - Cerita Rakyat Sumatera Utara


Raja muda tersebut akhirnya bermusyawarah dengan para penasehatnya untuk mempersunting putri tersebut. Sang raja menegaskan lagi apakah seorang putri tersebut sangat cantik kepada para penasehatnya. Semua para penasehat raja serempak membenarkan kenyataan tersebut. Mereka juga menyetujui jika putri tersebut pantas dijadikan permaisuri oleh raja muda itu. Mengingat sang raja juga memiliki paras yang tampan dan sang putri yang memiliki paras yang cantik jelita. Semua rakyat pasti akan bahagia apabila rajanya bersanding dengan seorang permaisuri yang cantik jelita.

Menurut cerita rakyat, mereka akhirnya mempersiapkan acara lamaran untuk meminang putri tersebut. Segala keperluan seperti perhiasan emas dan berlian, kain sutra berhiaskan permata, dan beberapa perlengkapan mewah dan berharga mereka siapkan untuk meminang sang putri. Dengan hati gembira, utusan raja muda pergi menuju kerajaan tempat berdiamnya sang putri. Sang raja berharap agar pinangannya diterima baik. Dia tidak sabar untuk menjadikan sang putri sebagai permaisurinya.

Setelah sampai di kerajaan yang dimaksud, utusan raja muda diterima baik oleh ayah sang putri. Mereka melakukan perjamuan makan bersama. Hingga akhirnya, utusan raja muda menyampaikan pesan dari raja muda yang bermaksud mempersunting sang putri raja.

“Wahai utusan raja muda, ada apakah gerangan maksud engkau datang kemari ?” tanya ayah sang putri.

“Ampun baginda, kami datang kemari untuk menyampaikan pinangan raja muda yang berniat memperistri anak baginda raja yang cantik jelita,” jawab utusan raja muda.

Sang raja yang merupakan ayah dari sang putri tersenyum, lalu berkata “Kedua kerajaan apabila memiliki hubungan pernikahan, pastilah akan menjadi sahabat. Baiklah, saya menerima pinangan beliau.”

Utusan raja muda tampak bahagia, “Ampun baginda raja, kami sangat berterimakasih atas penerimaan pinangan ini. kami tentunya akan menyampaikan kabar gembira ini kepada raja muda dengan senang hati. Acara pesta pernikahan akan dilangsungkan dua bulan lagi.”

“Mengapa begitu lama ?” tanya sang raja.

“Kami akan menyiapkan pesta pernikahan secara besar-besaran baginda.” Jelas utusan raja muda.

“Oh, baiklah kalau begitu.”

Akhirnya utusan raja muda pulang ke negaranya dengan senang hati. setelah sampai di istana, mereka dengan senang hati memberitakan perihal penerimaan lamaran tersebut. Raja muda tidak kalah gembiranya mendengar penerimaan pinangan dari putri yang cantik jelita. Wajahnya tambah sumringah mendengar berita tersebut. Mereka akhirnya sibuk mempersiapkan pesta pernikahan secara besar-besaran dengan penuh semangat. Sebentar lagi, raja mereka akan memiliki permaisuri yang sangat cantik jelita.

Di kerajaan sang putri, sang ayah menghampiri putrinya yang tengah duduk di taman istana. Sang raja mendekati anaknya yang asyik merangkai bunga.

“Putriku, tahukah engkau maksud kedatangan kerajaan seberang pada saat kemarin ?” sang raja bertanya.

“Ampun ayahanda, saya tidak mengetahuinya,” jawab sang putri.

Sang raja tersenyum lalu berkata, “Mereka menyampaikan sesuatu bahwa raja mereka yang masih muda dan tampan ingin melamarmu dan ayah menerima lamarannya.”

Sang putri akhirnya tersipu malu. Rona merah di pipinya mulai tampak, menambah kecantikan di paras wajahnya yang lembut.

“Bagaimana menurutmu, putriku ?” tanya sang raja.

“Jika ayahanda menghendakinya, saya menyetujuinya ayahanda,” kata sang putri dengan bola mata yang berbinar.

“Jagalah dirimu baik-baik, pesta pernikahan akan dilangsungkan dua bulan lagi,” pesan sang raja.

“Baik ayahanda,” sahut sang putri.

Beberapa hari menjelang pernikahannya dengan raja muda, seperti biasanya, sang putri melakukan ritual mandi di taman belakang istana. sang putri tidak sendiri, sebab ditemani dayang-dayangnya. Di kolam mandi, sang putri seperti biasanya duduk di atas sebuah batu yang telah dipersiapkan khusus. Dia masih membasuh kakinya yang berjuntai di dalam air kolam meskipun telah selesai mandi. Dalam lamunannya, dia membayangkan kebahagiaannya ketika bersanding dengan seorang raja muda nan tampan. Raja muda yang sebentar lagi menjadi suaminya. Sesekali, dia senyum-senyum sendiri mengingat betapa tampannya raja muda itu.

Namun, cuaca buruk terjadi. Angin yang sepoi-sepoi berubah menjadi angin ribut. Dedaunan pohon saling bergesekan karena tertiup angin kencang. Seorang dayang-dayang mengingatkan sang putri agar kembali ke dalam istana.

“Tuan putri, sebaiknya kita harus kembali ke dalam istana. Cuaca di luar sangat buruk,” kata salah satu dayang-dayang.

Sang putri tidak mendengarkan peringatan dari dayang-dayang tersebut. Dia masih berjibaku dengan lamunannya.

Akhirnya, salah satu ranting dari sebuah pohon jatuh tepat mengenai ujung hidungnya. Ranting pohon tersebut cukup tajam hingga melukai hidung sang putri.

“Aduh.... hidungku..,” teriak sang putri menahan kesakitan.

Sang putri akhirnya memerintahakan dayang-dayang untuk membawakan sebuah cermin. Namun, alangkah terkejutnya sang putri. Hidung sang putri berdarah dan bentuknya telah menjadi sompel (hilang sebagian) akibat tertimpa ranting itu, bentuknya tidak lagi mancung seperti dahulu. Sang putri menangis terisak penuh penyesalan. Sebab, dengan rupa seperti itu, dia tidak akan cantik lagi.

Sang putri akhirnya ketakutan dengan pernikahanya. Dia menduga, pastinya sang raja muda akan membatalkan pernikahan dengan dirinya, karena tidak akan mau memperistrinya. Wajahnya telah berubah menjadi jelek. Air matanya bercucuran, dia meratapi nasibnya.

Pada saat itu, sang putri menjadi putus asa. Rakyatnya akan kecewa memiliki seorang putri dengan paras yang buruk. Kedua orang tuanya pasti menanggung malu akibat rupa anaknya yang telah berubah menjadi jelek. Sang raja muda pasti akan mencari putri yang lain untuk dijadikan permaisurinya.

Pada saat keadaan tertekan tersebut. Keputusasaan sang putri semakin bertambah. Pikiran-pikiran buruk pun berkecambuk. Hingga akhirnya, sang putri berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar dirinya dihukum atas perbuatannya.

“Ya Tuhan Yang Maha Esa, hukumlah hamba..,” doa sang putri.

Ternyata, doa sang putri dikabulkan. Petir menyambar-nyambar. Angin bertambah ribut. Langit menjadi gelap. Tubuhnya mengalami perubahan yang sangat berbeda. Tiba-tiba kakinya menjadi bersisik, persis seperti sisik ular. Lalu, tangan dan tubuhnya juga ditumbuhi oleh sisik.

Dayang-dayang yang melihat kejadian itu berlari untuk mengadu kepada raja dan permaisuri. Mereka memberitakan perihal tentang sang putri yang ditumbuhi sisik seperti ular.

“Ampun baginda raja dan permaisuri, hamba memberitakan bahwa kulit sang putri ditumbuhi sisik seperti ular,” kata dayang-dayang istana.

“Apa...? putriku ditumbuhi sisik?” raja terkejut seolah tidak percaya.

Raja dan sang permaisuri akhirnya bergi bergegas ke halaman belakang istana, tempat kolam pemandian sang putri. Alangkah terkejutnya mereka, karena tidak menemukan sang putri. Mereka hanya menemukan seekor ular besar yang melingkar di atas batu, batu yang biasanya diduduki sang putri.

“A..aa.. anakku,” kata sang raja dengan wajah yang seolah tidak percaya.

“Putriku.... kenapa kau nakk..,” kata sang permaisuri dengan air mata yang berurai.

Sang ular yang merupakan penjelmaan sang putri hanya menggerakan kepalanya dan menjulurkan lidahnya. Wajah sang ular tampak ingin menyampaikan sesuatu, namun tidak bisa mengeluarkan kata-kata. Akhirnya sang ular pergi meninggalkan raja dan permaisuri. Sang ular akhirnya masuk ke dalam hutan. Raja, permaisuri dan pegawai istana tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka hanya terdiam dan merasakan kesedihan yang mendalam, karena sang putri telah menjelma menjadi seekor ular.

Berubahnya sang putri menjadi ular karena ulah dirinya sendiri. Dia tidak mematuhi amanat dari ayahnya untuk menjaga dirinya baik-baik. Padahal, cuaca buruk dan dayang-dayang sudah memperingatkan agar segera menyelamatkan diri ke istana. Keputusasaan sang putri dan meminta kepada Tuhan agar dirinya dihukum merupakan atas permintaan sendiri, akhirnya menjadi terkabul. Demikian kisah cerita Putri Ular dari Simalungun. Semoga cerita ini bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar