Di suatu desa, hiduplah seorang pemuda bernama Taro. Taro adalah seorang pemuda miskin yang hidupnya selalu kekurangan. Meskipun hidup serba kekurangan, Taro selalu rajin berdoa ke kuil peribadatan. Dia selalu berdoa kepada dewa agar hidupnya berubah dan menjadi sejahtera. Setiap hari, Taro selalu beribadah ke kuil. Karena lelah, Taro sempat tertidur di dalam kuil setelah berdoa.
Taro bermimpi dalam tidurnya. Di dalam mimpinya, Taro mendengarkan suara gaib. Suara gaib itu menyarankan agar Taro mengambil barang yang pertama kali ditemukannya setelah bangun dari tidurnya.
“Taro, ketika kamu terbangun dari tidurmu, ambilah barang yang pertama kali yang kamu temukan. Barang itu akan memberikan perubahan yang sangat besar dalam hidupmu,” kata suara gaib itu.
Keesokan harinya, Taro terbangun dari tidurnya. Dia masih tidak percaya akan mimpinya tadi malam.
“Apakah benar barang yang pertamakali yang aku temukan dapat merubah nasibku ?” dia masih menimbang-nimbang. Namun saran dari mimpi tersebut akhirnya dia laksanakan.
Taro akhirnya melangkahkan kaki meninggalkan kuil. Ketika keluar dari kuil, Taro hanya melihat sebatang jerami yang berada tepat di hadapannya.
“Apakah sebatang jerami ini akan merubah nasib hidupku ?.” Taro bergumam sambil memperhatikan sebatang jerami itu. “Lebih baik, jerami ini aku simpan saja,” Taro akhirnya menyimpan jerami tersebut.
Saat berjalan kembali, Taro didatangi oleh seekor lalat. Lalat itu terbang kesana-kemari mengelilingi Taro. Taro terganggu karena lalat tersebut. Akhirnya Taro menangkap lalat itu dan mengikatnya kepada sebatang jerami yang baru dia temukan. Si lalat akhirnya hanya dapat terbang berputar-putar karena terikat oleh jerami.
Taro akhirnya berjalan sambil membawa seekor lalat yang terikat dengan sebatang jerami. Seorang anak akhirnya melihat sesuatu yang dibawa oleh Taro tersebut. Dia berseru kepada ibunya untuk meminta mainan yang dibawa Taro. Menurutnya, lalat yang terikat jerami adalah sebuah mainan yang mengasyikan.
“Ibu, aku mau mainan itu...,” seru sang anak kepada ibunya.
Sang ibu lalu menoleh kepada apa yang ditunjukkan oleh anaknya yang masih balita. Ternyata seekor lalat yang diikat oleh jerami. Sang ibu akhirnya menghampiri Taro untuk bersedia memberikan mainan tersebut dan ditukarkan dengan barang yang pantas. Taro akhirnya menyetujui permintaan sang ibu untuk menukarkan mainannya dengan tiga buah jeruk besar yang manis dan segar.
Setelah mendapatkan tiga buah jeruk tersebut, Taro melanjutkan perjalanannya kembali. Dalam perjalanan, Taro melihat seorang nenek tua yang tampaknya sedang kehausan. Sang nenek mendekati Taro dan bertanya tentang dimana letak mata air terdekat.
“Nak, apakah engkau mengetahui dimana letak mata air terdekat di daerah ini ? Aku sedang kehausan,” kata sang nenek.
“Mata air di daerah ini cukup jauh Nek. Jika Nenek berkanan, ambilah 3 buah jeruk ini,” kata Taro sambil memberikan 3 buah jeruk yang tampak segar dan manis.
Sang nenek akhirnya senang dengan pemberian Taro. Taro yang baik hati itu akhirnya menerima barang pemberian sang nenek, yaitu 3 gulung kain tenun yang indah.
“Ambilah barang ini, anak muda. Sebagai ucapan terimakasihku atas kebaikanmu untuk memberikan 3 buah jeruk yang segar dan manis ini,” kata sang nenek.
Taro dengan senang hati menerima barang pemberian sang nenek dan tidak lupa mengucapkan terimakasih. 3 gulung kain tenun tentu saja barang yang tidak murah.
Taro kemudian melanjutkan perjanan. Dia melihat ada seorang samurai dan satu pengawalnya yang sedang berusaha menyelamatkan kuda mereka. Kuda tersebut jatuh terjerembab dan tidak bisa bangun lagi. Mereka akhirnya putus asa. Terlebih lagi, samurai dan mengawalnya terburu-buru untuk pergi dalam suatu acara.
Taro kemudian menawarkan kepada samurai dan pengawalnya agar kuda tersebut diberikan kepadanya. Sebagai gantinya, Taro memberikan 3 kain tenun kepada samurai itu. Mereka menyetujui usul Taro. Taro akhirnya merawat kuda tersebut hingga sehat seperti sediakala.
Setelah sang kuda dapat berjalan dengan baik. Taro membawa kuda tersebut untuk berjalan-jalan mengitari seluruh desa. Dalam perjalanan, Taro melihat seorang saudagar yang sedang memindah-mindahkan barang rumahnya.
Taro mendekati saudagar itu lalu bertanya “Ada apa gerangan yang Tuan lakukan ? Apakah Tuan akan berpindah rumah ?” tanya Taro kepada si saudagar.
“Betul sekali, anak muda. Saya akan berpindah rumah dan membawa barang-barang milikku. Namun, aku butuh bantuan untuk mengangkut barang milikku ke rumah yang baru. Aku lihat, kudamu sangat sehat dan kuat. Jika boleh aku ingin menukarkan sawah ladangku dengan kudamu ini. Karena saya membutuhkan tenaga hewan untuk mengangkut barang-barangku,” jelas si saudagar.
Taro akhirnya dengan senang hati menukarkan kuda miliknya dengan sawah dan ladang milik saudagar itu. Sang saudagar juga dengan senang hati memakai kuda pemberian Taro, karena kuda itu sangat dibutuhkannya untuk mengangkut barang-barang.
Taro akhirnya telah memiliki sawah dan ladang yang cukup luas. Dia bekerja dengan rajin untuk mengolah sawah dan ladang miliknya, sehingga tanah tersebut menghasilkan hasil bumi yang melimpah ruah. Taro hidup sejahtera dan menikah dengan seorang gadis desa yang baik dan cantik. Mereka akhirnya hidup bahagia. Semua itu akibat dari sebatang jerami, lalu menjadi 3 buah jeruk, 3 gulungan kain tenun, seekor kuda, dan akhirnya menjadi sawah dan ladang yang luas.
Hikmah yang dapat kita ambil dari cerita tersebut adalah kerja keras dan hati yang tulus akan mendatangkan hasil yang baik. Taro juga telah berusaha menawarka bantuan kepada orang yang membutuhkan hingga mendapatkan balasan yang lebih baik. Demikianlah cerita rakyat dari Jepang yang berjudul Hasil dari Sebatang Jerami. Mengisahkan seorang pemuda miskin yang bernama Taro. Taro adalah seorang pemuda desa yang selalu berdoa agar dirinya hidup sejahtera. Semoga cerita ini bermanfaat !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar