Pada suatu ketika, seekor induk itik sedang mengerami telur-telurnya. Telur-telur itu diharapkan akan menjadi penerus generasi dari induknya. Tidak lama kemudian, telur-telur tersebut mulai menetas. Mereka berwarna kuning. Namun ada satu anak itik yang memiliki bulu berwarna abu-abu. Karena memiliki warna abu-abu, sang anak itik tersebut menjadi bahan olok-olokan bagi saudaranya, karena anak itik tersebut terlihat jelek dengan bulunya yang berwarna abu-abu. Sang induk itik yang mengerami telur itu pun juga keheranan dengan anaknya yang berbulu abu-abu.
Setiap hari, itik berbulu abu-abu selalu menjadi bahan ejekan bagi saudaranya. Sang itik dijuluki si buruk rupa. Hal ini membuat sang anak itik menjadi minder. Dia tidak mau tinggal bersama saudara dan keluarganya. Dia akhirnya kabur dari rumah untuk bertemu dengan itik yang memiliki bulu yang sama dengan dirinya, yaitu abu-abu.
Sang anak itik abu-abu akhirnya pergi meninggalkan keluarganya. Setiap dia bertemu dengan itik lainnya, dia selalu bertanya, apakah mereka pernah bertemu dengan itik yang memiliki bulu yang sama dengan dirinya.
“Hai teman, aku mau bertanya, apakah kau pernah bertemu dengan itik yang berbulu abu-abu sama dengan diriku ?” tanya itik buruk rupa.
“Aku tidak perah bertemu dengan itik yang berbulu abu-abu yang jelek seperti dirimu,” kata mereka.
Si itik uruk rupa akhirnya bertambah sedih mendengar pernyataan itik-itik yag dia temui. Dia menyadari bahwa dia adalah itik terjelek di dunia. Dia harus tau diri bahwa dia harus menerima kenyataan pahit untuk dijauhi oleh kawanan itik lainnya. Sang itik selalu termenung. Dia tidak dapat membendung kesedihan akibat nasibnya yang malang.
Ketika sang itik termenung, seorang perempuan tua menangkap itik abu-abu tersebut, lalu memasukannya ke dalam kandang. Sang itik sedikit berontak, karena dia tidak tau akan diperlakukan seperti apa oleh perempuan tua tersebut. Ketika di dalam kandang, si itik buruk rupa berjumpa dengan induk ayam yang sedang mengerami telurnya.
“Darimana kamu ? hai itik !” tanya sag induk ayam.
“Aku baru saja ditangkap di sebuah tempat oleh nenek tua itu, lalu aku dijebloskan ke kandang ini,” jawab si itik buruk rupa.
“Mungkin, kau tidak lama lagi akan disemblih dan disantap oleh nenek tua itu,” jelas si induk ayam.
Si itik terkejut mendengar penjelasan dari induk ayam tersebut, dia langsung mencoba meloloskan diri dari kandangnya. Dia berusaha mencari celah agar dirinya dapat keluar dari kandang. Akhirnya, dia dapat meloloskan diri. Dia mengetahui bahwa semua itik benci akan dirinya. Hingga akhirnya, si itik buruk rupa hanya bisa berdiam di semak-semak.
Musim dingin pun tiba, si itik buruk rupa merasa lapar dan ingin mencari makan. Dia berusaha keluar dari semak belukar meski badannya lemah dan tidak sehat. Perasaan sedih selalu dirasakan si itik akibat dijauhkan oleh kawanan itik lainnya.
Dengan langkah tertatih-tatih, si itik berusaha membawa tubuhnya untuk mencari makan. Mungkin ada cacing-cacing tanah yang masih tersedia di luar sana. Namun, karena badannya telah lemah, si itik buruk rupa mengalami pingsan.
Si itik yang pingsan akhirnya ditemukan oleh seorang petani yang baik hati. Dia membawa sang itik ke rumahnya. Petani dan anak-anaknya merawat si itik buruk rupa dengan penuh kasih sayang. Mereka senang dengan kehadiran si itik abu-abu. Menurut mereka, si itik memiliki bulu yang lucu dan tingkahnya dapat menghibur mereka.
Ketika si itik telah tumbuh dewasa, petani itu langsung melepaskannya ke alam bebas. Alangkah terkejutnya sang itik, dia melihat wujudnya pada pantulan kolam. Dia telah berubah. Sang itik telah menjelma menjadi angsa yang cantik.
“Oh tidak, wujudku ternyata menjadi cantik,” kata si itik buruk rupa tidak percaya.
Di kolam tersebut, tampaklah sekelompok angsa yang sedang berenang. Wujud mereka sama dengan itik si buruk rupa. Mereka sama-sama terlihat cantik dan menawan. Si itik buruk rupa menyadari bahwa dia sebenarnya adalah seekor angsa muda yang cantik. Dia mengepakkan sayapnya yang indah dan terlihat sangat bahagia. Akhirnya, dia berenang di atas kolam sambil berbaur dengan kawanann angsa lainnya. Ternyata, angsa muda yang cantik itu, pada saat menjadi telur, dikelompokkan ke dalam telur itik. Pantas saja berbeda dengan kelompok itik.
Demikianlah cerita rakyat dari negara Inggris tentang Si itik Buruk Rupa. Seekor itik yang terlahir dengan bulu berwarna abu-abu, sangat berbeda dengan saudaranya yang memiliki warna bulu kuning. Dengan kenyataan tersebut, si itik mengalami cacian dari saudaranya sendiri. Hikmah yang dapat kita ambil dari cerita tersebut adalah jangan mudah putus asa. Setiap makhluk pasti memiliki kelebihan dan kekuarangannya masing-masing. Terimakasih telah membaca cerita dari blog kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar