12 November 2021

Legenda Cikaputrian (Cerita Rakyat Banten)

Di sebuah daerah yang sangat indah dan asri, berdirilah sebuah istana yang megah. Istana tersebut milik seorang raja yang memiliki seorang putri yang cantik jelita. Akan tetapi, sang putri tersebut memiliki sifat sombong. Selain sombong, sang putri dikenal sangat pemalas. Dia menghabiskan waktunya untuk berhias diri dan berdandan di cermin. Dia tidak mau melakukan pekerjaan positif seperti berkebun, merangkai bunga, memasak, ataupun menenun pakaian seperti wanita pada umumnya. 
Legenda Cikaputrian (Cerita Rakyat Banten)

Dia berpendapat bahwa pekerjaan tersebut tidak pantas dia lakukan. Untuk melengkapi kecantikannya, sang putri memiliki banyak perhiasan, segala macam perhiasan yang mewah dan mahal pun dia miliki, baik yang berasal dari emas, berlian, intan, dan batu permata lainnya. Sang putri juga memiliki tabiat sangat manja, dia kerap meminta apapun yang diinginkanya kepada ayahnya. Apabila keinginannya tidak dikabulkan, sang putri kerap menjadi murka kepada kedua orang tuanya. Dia tidak segan-segan membentak kedua orang tuanya apabila keinginannya tidak dikabulkan.

Salah satu keinginan sang putri adalah memiliki sebuah puri yang sangat indah. Keinginan itu akhirnya terkabul, karena sang putri sangat memaksa kepada sang raja untuk mengabulkan keingiannya.

Puri yang diperuntukan bagi sang putri terletak dikaki gunung. Puri itu sangat indah dengan isi erabotan yang sangat mahal dan mewah. Puri itu dikelilingi oleh taman bunga yang sangat indah pula. Selain taman bunga, puri tersebut dilengkapi dengan pemandian berupa danau yang tidak kalah indahnya. Danau tersebut kerap kali digunakan sang putri untuk mandi berendam. Danau tersebut memiliki air yang sangat jernih, sehingga kita dapat berkaca di air danau itu. Akan tetapi, sang putri tidak mau seorang pun yang mandi di danau tersebut. Jika ada orang yang mencoba untuk mandi di danau tersebut, dia akan meminta ayahndanya untuk menjatuhkan hukuman yang sangat berat bagi yang melakukannya. Danau tersebut hanya dinikmati oleh sang putri, dayang-dayangnya pun tidak boleh mendekati dan menikmati pemandian di danau itu.

Pada suatu saat, danau tersebut didatangi oleh seorang perempuan tua. Sang perempuan tua itu tidak tau bahwa danau tersebut dimiliki oleh putri raja. Dia datang ingin membasuh wajah, tangan, dan kakinya. Tiba-tiba sang putri telah datang di hadapannya. Sang putri datang dengan wajah penuh amarah. Kerap kali dia memandang rendah perempuan tua itu. Wajah sang putri sangat tidak bersahabat.

“Hei perempuan tua yang kotor dan dekil ! Beraninya kau mendekati danau miliku !” bentak sang putri dengan penuh kepongahan.

Sang perempuan tua hanya terdiam melihat kejadian yang dialaminya. Dia tidak menyangka bertemu dengan seorang gadis muda yang penuh dengan kesombongan.

“Kenapa kau hanya diam ? apa kau bisu ya?!” teriak sang putri kembali.

Wajah wanita tua itu tampak pucat, seakan tidak percaya dengan ucapan sang putri.

“Dasar kau wanita miskin, tua, dan dekil. Kau benar-benar tidak menghiraukan ucapanku. Kau pasti juga tuli !!!” wajah sang putri tampak marah dengan mata yang melotot ke arah wanita itu.

Dengan berat, perempuan tua itu angkat bicara “Maafkan saya Tuan Putri, saya tidak mengetahui bahwa danau ini adalah milikmu...”

“Dasar kau memang perempuan tidak tau malu ! Kau harusnya tau diri, dengan badanmu yang dekil, kotor, dan bau ini, tidak sepantasnya kau mandi dan menikmati danau ini !” Sang Putri berkata sambil berkacak pinggang dengan menaikan dagunya di hadapan perempuan tua itu.

“Aku tau kau adalah putri raja, tapi tidak sepantasnya kau berbicara kasar seperti itu. Alangkah baiknya jika engkau tidak menyombongkan diri di hadapan rakyat jelata sepertiku,” ucap sang wanita tua dengan nada lirih da mata berkaca-kaca.

“Beraninya kau mengguruiku hei wanita miskin, tua, dan dekil ! Ingatlah bahwa kau hanya seorang rakyat jelata yang tidak ada gunanya !” nada bicara sang putri semakin meninggi sambil menunjukan jari telunjuknya ke arah wanita tua itu. Dia semakin marah dengan sikap wanita tua itu.

“Ampuni hamba, tapi tidak sepantasnya engkau berucap demikian, apalagi menunjukkan kesombongan yang tidak ada gunanya. Meskipun engkau adalah anak raja, namun hakikatnya engkau adalah manusia biasa,” wanita tua itu menjelaskan.

“Dasar kau wanita tua jahannam, pengawal.... tangkap wanita tua ini dan berikan hukuman mati kepadanya !” teriak sang putri.

Namun, belum sempat para pengawal memberikan tindakan, tiba-tiba petir menyambar, awan bergulung-gulung kehitaman dan ditambah dengan turunnya hujan yang sangat lebat. Tubuh sang putri berubah menjadi ular. Sang putri terkejut dengan perubahan wujud yang dialaminya. Dia menyesal dengan tindakan kesombongannya. Namun, nasi telah menjadi bubur, sang ular yang merupakan penjelmaan sang putri akhirnya meneteskan air mata kesedihan dan penyesalan. Dia tidak dapat berbuat apa-apa untuk mengembalikan tubuhnya seperti semula. Dia hanya menjadi seekor hewan ular yang tidak berwujud manusia sedikitpun.

Akhirnya, hewan ular itu menjadi penghuni di sekitar danau tersebut. Danau itu dinamakan Cikaputrian yang artinya Danau Tempat Sang Putri untuk Mandi.

Cerita rakyat ini mengisahkan tentang seorang putri raja yang cantik jelita. Akan tetapi, cantik parasnya tidak diimbangi dengan kepribadian yang baik. Sang putri kerap kali bersifat sombong, pemalas, dan manja. Dia menganggap bahwa dirinyalah perempuan tercantik sejagat raya. Sang putri kerap kali berhias diri di depan cermin, mengagumi setiap kecantikan di wajahnya. Waktunya dihabiskan untuk berhias dan bermalas-malasan. 

Demikianlah cerita rakyat Banten Legenda Cikaputrian yang berasal dari Povinsi Banten. Semoga cerita ini bermanfaat dan dapat diambil hikmahnya. Kita dapat mengambil pesan baik yang disampaikan dalam cerita tersebut, bahwa hendaklah seorang manusia menjauhi sikap sombong, karena sikap sombong akan merugikan kita di kemudian harinya. Terimakasih telah mengunjungi blog ini dan jangan lupa share ke teman-teman kalian !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar