Di suatu pagi, Si Kancil merasa perutnya lapar. Saat itu ia sangat ingin memakan buah ketimun lezat di ladang Pak Tani. Tapi Ia takut tertangkap oleh Pak Tani. Jika sampai tertangkap lagi, Pak Tani pasti akan menghukumnya dengan menjadikannya sebagai sate. Namun karena sudah merasa lapar, Si Kancil akhirnya pergi ke ladang ketimun Pak Tani. Ia mengendap-endap menunggu kesempatan untuk mencuri timun, namun tidak berani karena Pak Tani selalu menjaga ladangnya. Akhirnya Si Kancil menyerah, Ia pun pergi meninggalkan ladang Pak Tani.
Kancil Bertemu Sapi
Saat pergi meninggalkan kebun Pak Tani, Si Kancil bertemu seekor sapi tengah memakan rumput.
“Hai sapi! Kamu lagi makan siang sapi!.” kata Si Kancil pada sapi.
“Hai sapi! Kamu lagi makan siang sapi!.” kata Si Kancil pada sapi.
“Iya Cil. Mari makanlah rumput bersamaku.” jawab sapi.
“Ah kamu ada-ada saja sapi. Aku kan tidak makan rumput. Aku mau makan ketimun, kamu mau ketimun tidak hai Sapi?” kata Si kancil lagi.
“Oh mau mau. Mana ketimunnya Cil?” kata sapi.
“Itu banyak ketimun di ladang Pak Tani. Mari kita ambil timun Pak Tani.” ajak Kancil.
“Ah tidak. Kalau timun Pak Tani aku tak mau. Pak Tani sudah susah payah menanamnya. Kalau tertangkap mencuri, Pak Tani bisa marah.” Sapi menolak ajakan Kancil.
Kancil Bertemu Kambing
Si Kancil kemudian pergi meninggalkan sapi makan rumput.
Belum lama berjalan, Kancil bertemu kambing tengah makan daun.
“Kau lahap sekali makan daun hai Kambing!” seru Kancil pada kambing.
Belum lama berjalan, Kancil bertemu kambing tengah makan daun.
“Kau lahap sekali makan daun hai Kambing!” seru Kancil pada kambing.
“Oh itu kamu Kancil. Marilah makan daun bersamaku.” ajak Kambing.
“Aku tidak makan daun hai Kambing, tapi ketimun. Kamu mau makan ketimun lezat hai Kambing? Ayo kita ambil ketimun milik Pak Tani di ladang. Kalau cuma ambil sedikit kan tidak apa-apa.” kata Kancil.
“Ah aku tidak mau ambil timun Pak Tani, Kancil. Pak Tani menanam ketimun tersebut untuk dijual ke pasar. Uang hasil penjualan digunakan Pak Tani untuk membiayai keluarganya Cil.” jawab Kambing.
“Ya sudah aku pergi sendiri saja.” kata Si Kancil seraya pergi meninggalkan Kambing.
Kancil Bertemu Kerbau
Kancil kemudian berjalan mencari teman lain untuk diajak mencuri ketimun Pak Tani.
Ia sangat khawatir jika mencuri sendirian akan kembali tertangkap oleh Pak Tani.
Ia tidak mau dipenggal kepalanya kemudian dijadikan sate oleh Pak Tani.
Ia sangat khawatir jika mencuri sendirian akan kembali tertangkap oleh Pak Tani.
Ia tidak mau dipenggal kepalanya kemudian dijadikan sate oleh Pak Tani.
Sampailah Kancil di suatu kubangan lumpur.
Ia melihat seekor kerbau tengah mandi di kubangan lumpur.
Pada siang terik, kerbau memang senang berkubang di kubangan lumpur.
“Hai kerbau! Sedang apa kamu di kubangan lumpur? Tubuhmu kan jadi kotor hai Kerbau?” tanya Kancil.
Ia melihat seekor kerbau tengah mandi di kubangan lumpur.
Pada siang terik, kerbau memang senang berkubang di kubangan lumpur.
“Hai kerbau! Sedang apa kamu di kubangan lumpur? Tubuhmu kan jadi kotor hai Kerbau?” tanya Kancil.
“Aku sedang mandi lumpur Kancil. Saat siang panas sekali jadi aku mandi di kubangan. Tak apa-apa tubuhku kotor, yang penting tidak kepanasan. Mari Kancil mandi di kubangan.” kata Kerbau.
“Ah tidak mau. Tubuhku nanti kotor. Ngomong-ngomong, siang hari ini kamu sudah makan belum Kerbau? Kalau belum, mari kita mengambil ketimun Pak Tani di ladang. Ketimun milik Pak Tani sangat lezat loh.” ajak Si Kancil.
“Aku takut mengambil ketimun Pak Tani, Cil!” kata kerbau.
“Iya aku tahu. Tapi kita kan hanya mengambil beberapa buah saja Kerbau! Kalau kamu takut, biar aku saja yang memetik buah-buah ketimun itu. Kamu hanya berjalan saja ke ladang Pak Tani bersamaku. Bagaimana mau?” Kancil membujuk Kerbau.
“Baiklah. Tapi ingat ya, kamu yang memetik buah ketimun itu Cil. Aku hanya berjalan menemanimu saja ke ladang Pak Tani.” kata Kerbau.
Si Kancil dan Kerbau Dungu tersebut kemudian berjalan beriringan menuju ladang Pak Tani.
Saat itu Pak Tani tengah membersihkan ladangnya.
Kancil dengan cerdiknya berjalan di balik tubuh besar kerbau sehingga tidak terlihat Pak Tani.
Sedangkan Pak Tani tidak curiga sedikitpun melihat kerbau melintas di ladangnya, karena kerbau tidak pernah mencuri ketimun miliknya.
Ketika Pak Tani lengah, Si Kancil dengan cekatan mengambil ketimun-ketimun milik Pak Tani.
Kancil & Kerbau dungu kemudian segera pergi ke tempat sepi untuk menikmati ketimun-ketimun segar tersebut.
Saat itu Pak Tani tengah membersihkan ladangnya.
Kancil dengan cerdiknya berjalan di balik tubuh besar kerbau sehingga tidak terlihat Pak Tani.
Sedangkan Pak Tani tidak curiga sedikitpun melihat kerbau melintas di ladangnya, karena kerbau tidak pernah mencuri ketimun miliknya.
Ketika Pak Tani lengah, Si Kancil dengan cekatan mengambil ketimun-ketimun milik Pak Tani.
Kancil & Kerbau dungu kemudian segera pergi ke tempat sepi untuk menikmati ketimun-ketimun segar tersebut.
“Kamu cerdik sekali Kancil. Pak Tani tidak curiga sedikitpun melihat aku berjalan di ladangnya.” kata Kerbau sambil memakan ketimun.
Keesokan harinya Si Kancil & Kerbau kembali mengulangi perbuatannya mencuri ketimun Pak Tani.
Berbeda dengan hari kemarin, kali ini Pak Tani merasa curiga melihat kerbau terus menerus berlalu-lalang di ladangnya.
Pak Tani kemudian memeriksa ketimun-ketimun miliknya yang sebentar lagi akan dipanen.
Betapa kagetnya Pak Tani begitu mengetahui bahwa ketimun-ketimun berukuran besar miliknya banyak hilang.
“Kurang ajar! Kenapa ketimun-ketimun besarku banyak hilang? Jangan-jangan dicuri oleh Kerbau. Awas kau Kerbau!” gumam Pak Tani sangat marah.
Berbeda dengan hari kemarin, kali ini Pak Tani merasa curiga melihat kerbau terus menerus berlalu-lalang di ladangnya.
Pak Tani kemudian memeriksa ketimun-ketimun miliknya yang sebentar lagi akan dipanen.
Betapa kagetnya Pak Tani begitu mengetahui bahwa ketimun-ketimun berukuran besar miliknya banyak hilang.
“Kurang ajar! Kenapa ketimun-ketimun besarku banyak hilang? Jangan-jangan dicuri oleh Kerbau. Awas kau Kerbau!” gumam Pak Tani sangat marah.
Keesokan harinya Pak Tani kembali berjaga di ladang.
Ia sudah menyiapkan tambang & pecut untuk menangkap pencuri ketimunnya.
Beberapa saat kemudian, Pak Tani melihat kerbau berjalan mondar-mandir di ladangnya.
Pak Tani mendekati kerbau secara perlahan.
Ia sudah menyiapkan tambang & pecut untuk menangkap pencuri ketimunnya.
Beberapa saat kemudian, Pak Tani melihat kerbau berjalan mondar-mandir di ladangnya.
Pak Tani mendekati kerbau secara perlahan.
Kerbau mengetahui dirinya didekati oleh Pak Tani merasa panik. “Kancil! Pak Tani mendekati kita. Bagaimana Kancil?” kata kerbau cemas.
“Tenang saja kau Kerbau. Engkau pegang dulu ketimun bagianmu. Aku akan menyembunyikan ketimun bagianku di sana.” kata Si Kancil seraya belari kencang meninggalkan Kerbau sendirian.
Setelah berada di dekat kerbau, Pak Tani kemudian melemparkan tambang ke arah kepala kerbau kemudian langsung mengikatnya.
“Oh tenyata kamu pencuri ketimunku hai Kerbau?” teriak Pak Tani.
“Oh tenyata kamu pencuri ketimunku hai Kerbau?” teriak Pak Tani.
“Bu... bu... bukan aku pencurinya..., tapi Si Kancil.” kata Kerbau ketakutan.
“Buktinya itu apa? Engkau memegang ketimun milikku? Si Kancil sudah tidak berani mencuri di ladangku hai Kerbau! Beberapa hari terakhir aku sering melihatmu hilir-mudik di ladangku. Sebagai hukuman dari perbuatanmu, mulai sekarang engkau harus membajak sawahku.” teriak Pak Tani Marah.
“Baik, baiklah Pak Tani. Aku mau membajak sawah milikmu.” kata Kerbau.
Pak Tani memegang erat tambang pengikat kepala kerbau agar tidak lari.
Sejak saat itu kerbau bekerja membajak sawah Pak Tani.
Sejak saat itu kerbau bekerja membajak sawah Pak Tani.
Demikianlah dongeng Si Kancil dan Kerbau Dungu.
Referensi:
- Purnomo, S.Pd, Hadi. 2013. Kumpulan Cerita Rakyat. Yogyakarta: Tugu Publisher.
- Sukmawan. Sony. Representasi Budaya Jawa Dalam Dongeng Si Kancil (Sebuah Kajian budaya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar