Pada saat daerah Jakarta masih menjadi Jayakarta, tinggalah seorang penyebar agama Islam yang yang cukup terkenal, beliau bernama Pangeran Syarif. Pangeran Syarif sangat paham dengan ilmu agama. Beliau mengajarkan Islam kepada masyarakat Jayakarta dengan penuh kasih sayang. Rakyat menjadi senang karena dapat beribadah menurut ajaran agama Islam. Beliau sangat paham dengan Al Quran dan As Sunnah.
Masyarakat Jayakarta sangat menyukai Pangeran Syarif, bukan hanya karena kebaikan hatinya, Pangeran Syarif juga dikenal dengan sosok yang penuh humor. Beliau menyebarkan agama Islam dengan merakyat. Beliau tidak segan-segan menyebarkan agama Islam kepada seluruh kalangan. Akan tetapi, Pangeran Syarif tidak menyukai kekerasan yang dilakukan oleh penjajah Belanda kepada rakyat Jayakarta. Sehingga, Pangeran Syarif berniat pula untuk mengumpulkan kekuatan dalam menghadapi penjajahan belanda.
Pangeran Syarif pergi menuju Desa Bendungan
Pada suatu ketika, Pangeran Sarif sedang berjalan menuju Desa Bendungan, beliau melewati daerah Pasar Minggu. Hujan gerimis pun menghampiri perjalanan Pangeran Syarif ketika sampai di sungai Ciliwung. Dalam perjalanan, dia melihat sebuah perahu yang berjalan ke arah kota. Pangeran Syarif merasakan hal yang aneh dengan pemilik perahu tersebut.
Akhirnya sang pemilik perahu menghampiri Pangeran Syarif. Mereka sempat berbicara beberapa patah kata. Melihat gelagat pemilik perahu yang cukup aneh, Pangeran Syarif akhirnya meminta undur diri untuk pamit. Pangeran Syarif memiliki firasat bahwa orang yang baru dijumpainya adalah mata-mata Belanda.
Beliau akhirnya masuk ke dalam semak-semak untuk menghilangkan jejak. Ternyata sang pemilik perahu mengikuti Pangeran Syarif dari belakang. Ketika Pangeran Syarif menoleh ke belakang, si pemilik perahu langsung terdiam dan berusaha menyembunyikan perahunya ke tempat yang dapat dijadikan tempat persembunyian. Berulangkali kejadian tersebut dilakukan, sehingga Pangeran Syarif harus mencari akal untuk menghilangkan jejak beliau, sebab beliau harus waspada akan mata-mata kaum penjajah yang ingin menangkap keberadaannya. Terlebih, Belanda sedang mencari keberadaan beliau di Jayakarta.
Pangeran Syarif masuk ke dalam terowongan
Pangeran Syarif mulai masuk ke dalam sebuah terowongan. Ternyata sang pemilik perahu juga ikut masuk ke dalam terowongan itu untuk mengikuti Pangeran Syarif. Terowongan yang dialalui oleh Pangeran Syarif tembus ke arah Sunter di dekat Pondok Gede.
Seseorang yang menguntit Pangeran Syarif cukup terheran dengan keberadaan terowongan yang dialaluinya. Terowongan itu terasa gelap dan sempit. Dia sempat berpikir, jangan-jangan terowongan itu adalah terowongan gaib, karena dia belum pernah melewati terowongan tersebut dalam hidupnya. Melihat terowongan tersebut saja tidak pernah, apalagi melewatinya. Akhirnya dia kembali ke arah Sungai Ciliwung, namun terowongan itu tidak ditemukannya kembali, hanya suasana gelap gulita yang dia rasakan. Sehingga dia tidak dapat kembali dengan selamat.
Akhirnya dengan keadaan cemas sekaligus takjub, sang pemilik perahu kembali menghampiri Pangeran Syarif. Dia mengayuh perahunya dengan sekuat tenaga untuk menghampiri Pangeran Syarif yang cukup jauh di depannya. Dia yakin bahwa Pangeran Syarif memiliki ilmu yang sangat tinggi hingga siapapun yang mencelakai diri beliau, akan mendapatkan sebuah keburukan.
Menjadi murid Pangeran Syarif yang setia
Si pemilik perahu akhirnya meminta ampunan kepada Pangeran Syarif atas perbuatannya menguntit beliau semenjak di Sungai Ciliwung. Dengan lembut Pangeran Syarif berkata bahwa sang pemilik perahu tidak perlu meminta ampunan kepada dirinya (Pangeran Syarif), namun meminta ampun lah kepada Allah SWT, sang pemilik alam semesta. Semenjak itu, si pemilik perahu akhirnya meminta diajarkan ilmu agama Islam dari pangeran syarif. Beliau betul-betul terpesona dengan kharisma serta kedalaman ilmu agama yang dimiliki Pangeran Syarif. Sehingga, sang pemilik perahu akhirnya menjadi salah satu murid yang setia Pangeran Syarif.
Berikut adalah cerita rakyat Betawi yang berjudul Kisah Pangeran Syarif. Pangeran Syarif adalah seorang wali penyebar agama Islam yang cukup terkenal di kalangan masyarakat Betawi. Pangeran Syarif dihormati dan terpandang di kalangan masyarakat Betawi saat itu. Akan tetapi, penjajah Belanda tidak menyukai keberadaan Pangeran Syarif. Pangeran Syarif dianggap menyusahkan pergerakan pemerintahan Hindia Belanda.
Demikianlah Cerita Rakyat Betawi yang berjudul Kisah Pangeran Syarif. Konon, terowongan yang dilalui oleh Pangeran Syarif dan si penguntit tersebut dijuluki lubang buaya oleh penduduk setempat. Hikmah cerita yang dapat kita ambil dari cerita Kisah Pangeran Syarif tersebut adalah jadilah seorang yang pemaaf, dan jangan pula menjadi orang yang suka berbuat jahat. Jika kita berbuat kejahatan, maka kita pun akan mendapatkan sebuah ganjaran atau hukuman yang setimpal. Selain itu, hikmah yang dapat kita ambil adalah tetaplah selalu mendekat kepada Tuhan, maka Tuhan akan selalu memberikan pertolongannya kepada kita. Terimakasih telah mengunjungi blog ini !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar