Pada zaman dahulu kala, berdirilah sebuah kerajaan yang bernama Negeri Alas, Nanggroe Aceh Darussalam. Kerajaan Negeri Alas dipimpin oleh seorang raja yang bijaksana. Sang raja tidak memiliki anak. Padahal sang raja dan permaisuri berharap cemas ingin memiliki penerus yang dapat memegang tampuk pemerintahan Negeri Alas selanjutnya. Meskipun telah lama belum memiliki anak, sang raja dan permaisuri tidak henti-hentinya berdoa agar keinginan mereka terkabul.
Suatu ketika, permaisuri sakit. Tubuh sang permaisuri sedikit lemas dan tidak enak badan. Raja memanggil tabib istana untuk mengobati sang permaisuri. Setelah melakukan pemeriksaan, tabib istana menjelaskan perihal sakitnya permaisuri. Ternyata keluhan sang permaisuri disebabkan karena beliau sedang mengandung.
“Selamat kepada Baginda, permaisuri sedang mengandung anak baginda,” ujar tabib istana.
Mendengar penjelasan tabib istana membuat mata baginda raja menjadi berbinar. Dia tidak menyangka sekaligus bahagia mendengarkan penuturan tabib bahwa sebentar lagi beliau akan memiliki putra mahkota.
Bergegas sang baginda menghampiri istrinya “Istriku, kamu sedang mengandung. Aku sangat bahagia karena akan memiliki putra mahkota yang dapat meneruskan kerajaanku ini.”
Seluruh rakyat bersuka cita mendengarkan kabar gembira tersebut. Sang raja dan permaisurinya tidak henti-henti mengucapkan rasa syukur atas karunia Tuhan yang diberikan kepada mereka. Mereka melakukan selamatan yang meriah untuk menyambut putra mereka.
Setelah sembilan bulan lamanya, sang permaisuri akhirnya melahirkan. Sang anak terlahir menjadi bayi yang sehat, tampan, berkulit bersih, dan berambut tebal. Anak tersebut diberi nama Pangeran Amat Mude. Pangeran Amat Mude adalah anak yang cerdas dan lucu. Dia menjadi primadona di kerajaan. Akan tetapi, nasib malang menimpa permaisuri, Pangeran Amat Mude, dan rakyat kerajaan. Sang raja mengalami sakit keras ketika Pangeran Amat Mude masih berusia 10 tahun. Sang raja akhirnya meninggal dunia.
Meninggalnya sang raja memberikan luka yang sangat mendalam bagi rakyat maupun keluarga istana. Permasalahan timbul ketika memilih siapa yang akan menjadi pengganti sang raja, mengingat Pangeran Amat Mude masih terlalu dini untuk diangkat menjadi raja. Akhirnya permaisuri memilih adik sang raja sebagai raja sementara. Dengan senang hati, paman Pangeran Amat Mude menyambut gembira perihal tersebut. Dia akhirnya diangkat menjadi raja. Apabila Pangeran Amat Mude telah dewasa, maka tampuk pemerintahan akan diberikan kepada Pangeran Amat Mude.
Waktu demi waktu pun akhirnya berlalu, sang paman yang merupakan raja sementara akhirnya memiliki keinginan jahat untuk menguasai kerajaan. Dia tidak mau jika kekuasaannya diberikan kepada Pangeran Amat Mude jika telah dewasa. Perlahan, dia mulai menyingkirkan permaisuri dan Pangeran Amat Mude. Sang paman mulai tidak memerhatikan kesejahteraan mereka berdua. Kamar mereka pun dipindahkan ke belakang istana.
Suatu ketika, sang paman memiliki rencana yang sangat jahat. Dia berencana ingin menyingkirkan permaisuri dan Pangeran Amat Mude jauh dari istana. dia menginginkan agar Pangeran Amat Mude beserta ibunya mati diterkam harimau di hutan. Untuk itu, sang paman mengumpulkan beberapa prajurit agar melakukan tindakan di luar batas demi melanggengkan kekuasaannya.
“Para prajuritku, kalian kupilih untuk membawa Pangeran Amat Mude dan ibunya untuk pergi berburu, setelah itu tinggalkan mereka di hutan !” perintah sang paman.
Para prajurit kebingungan “Bagamana kami melakukan tindakan seperti itu Paduka, Pangeran Amat Mude adalah putra mahkota kerajaan ini.”
“Diam kalian ! Akulah raja Kerajaan Negeri Alas. Mereka memang sengaja aku buang. Jika kalian tidak menuruti perintahku, kalian akan kupenggal !” bentak sang paman.
Akhirnya permaisuri dan Pangeran Amat Mude dibawa pergi berburu dan sengaja ditinggalkan di hutan. Sang permaisuri dan putranya bersabar menerima perlakuan dari pamannya sendiri. Mereka tidak dapat berbuat banyak karena kekuatan ada di tangan sang paman.
Waktu demi waktu akhirnya mereka menerima kenyataan pahit tersebut. Mereka tetap hidup dan tinggal di hutan dengan mengumpulkan makanan seperti buah-buahan. Pangeran Amat Mude menjadi anak yang dewasa dan tidak manja. Dia tetap membantu ibunya untuk bertahan hidup.
Ketika Pangeran Amat Mude sedang mencari buah-buahan di hutan, dia menemukan sungai yang memiliki air yang jernih. Sungai tersebut memiliki banyak ikan. Dengan kecakapannya, Pangeran Amat Mude mengasah ranting pohon hingga menjadi tajam dan menangkap ikan-ikan di sungai itu. Banyak ikan yang dapat ditangkap oleh Pangeran Amat Mude dengan ranting yang dia pergunakan. Ikan-ikan itu dibawanya ke rumah untuk dimasak.
“Ibu, aku membawa ikan-ikan ini untuk dimasak. Aku baru saja menangkapnya di sungai hutan,” jelas Pangeran Ahmad Mude kepada ibunya.
“Alhamdulillah, ini rezeki dari Allah. Mari ibu olah menjadi makanan yang lezat,” kata sang ibu dengan rasa syukur tiada tara.
Menurut cerita rakyat Aceh, sang ibu akhirnya membersihkan ikan-ikan itu satu persatu. Namun, ketika membersihkan perut si ikan, ada sesuatu yang mengganjal di dalam perut ikan tersebut. Sang permaisuri mencoba membuka isi perut ikan itu dan memerhatikan apa yang ditemukannya. Alangkah terkejutnya sang permaisuri, sebab dia menemukan sebutir emas di dalam perut ikan. Ternyata di setiap perut ikan tersebut terdapat butiran emas.
“Anakku, lihat.... ternyata di dalam perut ikan ini ada sebutir emas !”seru sang ibu.
“Wah, kita mendapatkan banyak butiran emas Bu,” ujar pangeran Amat Mude dengan tercengang.
Sang permaisuri akhirnya menjual butiran-butiran emas itu dan menggantikannya dengan membangun rumah yang layak huni. Mereka juga membeli pakaian yang layak, perlengkapan tidur dan perabotan rumah yang bagus. Permaisuri dan anaknya sangat bersyukur atas limpahan karunia Tuhan yang begitu bayak kepada mereka. Pada suatu ketika, Pangeran Amat Mude sedang memancing ikan. Perihal yang sama juga mereka temukan di dalam perut ikan. Sebutir emas selalu mereka temukan di dalam perut ikan itu. Mereka akhirya menjadi kaya. Mereka dapat membeli ladang yang luas, hewan ternak, tanah, dan rumah yang mewah. Pangeran Amat Mude dan permaisuri tetap tidak sombong. Dia selalu menolong orang yang miskin. Mereka siap membantu siapa saja yang kekuarangan.
Tidak lama kemudian, terdengarlah kabar bahwa ada keluarga dermawan yang sering membantu fakir miskin ke telinga raja. Ternyata mereka adalah permaisuri dan Pangeran Amat Mude. Sang raja yang merupakan paman dari Pangeran Amat Mude pun terkejut. Sebab, dia berpikir bahwa mereka telah mati diterkam harimau. Akhirnya Pangeran Amat Mude dan ibunya diundang ke istana.
“Pangeran Amat Mude, kau telah menjadi dewasa. Aku tau, sudah saatnya engkau mengganti posisiku sebagai raja. Namun tidak semudah itu, kau harus mengambil sebuah kelapa gading yang berada di pulau kecil di tengah samudera. apabila engkau sanggup mengambil dan membawanya ke istana, maka kerajaan ini berhak berada di tanganmu !” ucap sang paman.
“Baiklah Paman, aku menyanggupi !” ujar Pangeran Amat Mude dengan mantap.
“Baiklah, mulai dari sekarang, engkau dipersilahkan mengambil kelapa gading itu !” kata sang paman.
Pangeran Amat Mude dengan semangat bergegas pergi untuk memetik kelapa gading itu. Namun, di dalam hati sang paman, dia berniat menjerumuskan Pangeran Amat Mude untuk tidak kembali lagi ke istana. Dia mengetahui bahwa untuk menuju ke pulau tersebut sangatlah sulit. Samudera yang mengelilingi pulau itu dihuni oleh 3 makhluk buas yang terkenal akan keganasannya.
Di dalam perjalanan menuju pulau kecil itu. Pangeran Amat Mude tidak henti-hentinya berdoa. Tidak lama kemudian, munculah tiga hewan mengerikan di hadapan sang pangeran. Mereka berwujud ikan besar, buaya, dan naga.
“Hai anak muda, berani-beraninya kau melewati daerah kami ! Siapakah namamu ?!” tanya seekor ikan besar.
Pangeran Amat Muda terkejut karena tidak menyangka menemukan hewan besar dan ganas di tengah samudera. Dengan nafas tersengal, dia berusaha menjawab pertanyaan mereka.
“A... aa.. aku adalah Pangeran Amat Mude...,” jawab sang pengeran.
“Pangeran Amat Mude ? berarti engkau adalah anak raja dari Kerajaan Negeri Alas ?” tanya sang buaya.
“Betul sekali, aku ingin mengambil kelapa gading” jawab sang pangeran.
“Ha.. haaa ha.... kami adalah sahabat ayahmu. Ayahmu sangat baik sekali kepada kami. Dia adalah orang yang bijaksana, tidak sombong, dan berteman dengan siapa saja. Kau boleh memasuki pulau kecil itu,” kata sang naga.
Pangeran Amat Mude lega mendengarkan penjelasan ketiga hewan buas itu. Ternyata mereka adalah teman dekat ayahnya sendiri. Sang naga memberikan cincin ajaib kepada Pangeran Amat Mude, dimana cincin ajaib itu dapat mengabulkan segala keinginan pemakainya.
Setelah sampai ke pulau kecil itu, Pangeran Amat Mude melihat pohon kelapa gading yang sangat tinggi. Sangat mustahil pohon itu dipanjat olehnya. Namun dengan bantuan cincin ajaib itu, akhirnya Pangeran Amat Mude dapat memanjat pohon itu dengan mudah. Kelapa gading itu dapat diambil oleh Pangeran Amat Mude dengan mudahnya.
Pangeran Amat Mude akhirnya kembali ke istana dengan membawa kelapa gading tersebut. Sang paman terkejut tidak percaya dengan kenyataan yang ada di hadapannya.
“Baiklah Pangeran Amat Mude, karena engkau dapat mengambil sebuah kelapa gading ini, aku mematuhi perjanjianku. Kau berhak menjadi raja di Kerajaan Negeri Alas,” kata sang paman.
Akhirnya Pangeran Amat Mude menjadi raja di Kerajaan Negeri Alas. Semua rakyat dan penghuni istana bersuka cita menyambut raja muda yang baik hatinya. Pangeran Amat Mude memimpin kerajaan dengan arif dan bijaksana. Tidak ada rasa dendam bagi dirinya terhadap pamannya sendiri. Dia tetap mengizinkan pamannya untuk tetap tinggal di istana. akan tetapi, sang paman memilih ke luar dari istana dan memilih menjadi rakyat biasa.
Pangeran Amat Mude merupakan cerita rakyat yang berasal dari Nanggroe Aceh Darussalam. Cerita ini mengisahkan seorang putra mahkota raja yang dibuang beserta ibunya oleh pamannya sendiri. Mereka dibuang karena sang ayah telah tiada, sehingga tampuk pemerintahan dipegang oleh pamannya. Karena ingin menjadi seorang raja untuk selamanya dan tanpa diganggu oleh Pangeran Amat Mude, sang paman berniat menyingkirkan keponakannya sendiri, sebab Pangeran Amat Mude dijanjikan akan menjadi raja setelah beranjak dewasa.
Demikianlah cerita rakyat dari Aceh yang berjudul Pangeran Amat Mude. Semoga dapat diambil hikmah dalam cerita tersebut. Cerita ini memberikan pesan bahwa jadilah orang yang baik hati, penyabar, rajin berdoa dan berusaha agar Tuhan dapat menolong segala permasalahan kehidupan kita. Terimakasih telah mengunjungi blog ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar