Di dalam sebuah kota di India, hiduplah dua orang pedagang peralatan rumah tangga yang hidup bertetangga. Pedagang yang satu adalah pedagang yang baik hati dan jujur, sedangkan pedagang satunya bersifat tamak dan licik.
Pada suatu ketika, pedagang tamak sedang menjajakan barang daganganya di sebuah kampung. Dia melewati sebuah rumah gubuk yang dihuni oleh nenek tua. Seorang nenek keluar dari rumahnya dan memanggil pedagang tamak tersebut.
“Nak, aku tidak punya peralatan apa pun di rumah. Bolehkah aku menukarkan sebuah mangkuk ini untuk ditukarkan dengan perkakas yang engkau jual ?,mangkuk ini adalah peninggalan suamiku,” ujar nenek itu.
Pedagang tamak lalu memerhatikan benda itu. Mangkuk itu ternyata terbuat dari emas. Nenek tersebut ternyata tidak mengetahui bahwa mangkuk itu terbuat dari emas.
Melihat demikian, pedagang licik itu berkata “Nek, mangkuk ini tidak ada harganya, tapi jika engkau menukarnya dengan sepasang sendok dan garpu, aku mau saja."
Mendengar demikian sang nenek berujar, “Bisakah engkau tukarkan dengan barang yang lebih dari itu ? mangkuk ini adalah satu-satunya peninggalan suamiku,"
"Tidak bisa Nek, penawaranku sudah jauh lebih bagus dibanding mangkuk jelek ini,” jawab pedagang licik sambil berlalu pergi.
Nenek itu tertunduk sedih. Namun, tidak lama kemudian, seorang pedagang baik dan jujur melewati rumah nenek tersebut. Sang nenek lalu menawarkan mangkuk tersebut kepada pedagang jujur itu. Alangkah kagetnya pedagang jujur itu ketika melihat sebuah mangkuk dari emas.
“Nek, mangkuk ini sangat berharga, mangkuk ini terbuat dari emas, seluruh barangku tidak akan cukup nilainya untuk ditukar dngan mangkuk berharga ini,” jawab pedagang jujur itu.
"Tidak apa-apa Nak, ambilah mangkuk ini dan beri aku perkakasnya,” ujar sang nenek.
Akhirnya pedagang jujur itu memberikan barang dagangannya untuk ditukarkan dengan mangkuk emas itu. Ia lalu pergi ke pasar untuk menjual mangkuk emas itu.
Pada sore harinya, pedagang kikir datang kebali ke rumah nenek tersebut, lalu menanyakan kembali mangkuk emas milik sang nenek.
Sang nenek berkata "Mangkuk itu sudah kuberikan kepada pedagang yang baik hati dan jujur. Ia sangat jujur dalam menghargai barangku. Tidak seperti kau yang tidak jujur, tamak dan licik."
Pedagang tamak hanya menyesali perbuatannya. Pedagang yang jujur kini hidup berkecukupan setelah dia menjual mangkuk emas tersebut ke pasar.
Pesan moral dalam cerita:
Orang yang tamak tidak akan mendapatkan kebaikan, orang yang jujur lagi baik hati pasti akan mendapatkan keberuntungan dan kebaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar