08 April 2021

Asal Usul Gubug Rubuh - Yogyakarta

Cerita rakyat Yogyakarta kali ini diambil dari daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Di daerah tersebut, terdapat dusun yang bernama Gubuk Rubuh. Alhasil, daerah tersebut diangkat menjadi sebuah cerita rakyat dari Yogyakarta, berikut ceritanya.
Asal Usul Gubug Rubuh - Yogyakarta

Kelahiran Raden Patah

Pada saat Kerajaan Majapahit dipimpin oleh Prabu Brawijaya V, terjadilah pergolakan di istana. Pertentangan tersebut mengakibatkan Prabu Brawijaya V memutuskan untuk mengasingkan permaisurinya, yaitu Putri Campa. Putri Campa adalah persembahan Kerajaan Tiongkok kepada Prabu Brawijaya V. Pada saat itu, Putra Campa tengah mengandung anak Prabu Brawijaya V. Sang prabu mengutus anak dari selirnya yang bernama Arya Damar untuk menikahi Putri Campa dan segera membawanya pergi. 

Beberapa bulan kemudian, Putri Campa melahirkan seorang anak dari Prabu Brawijaya V. Anak tersebut akhirnya diberi nama Raden Patah.

Karena Putri Campa telah diceraikan dan menikah dengan Arya Damar. Akhirnya Putri Campa juga memperoleh seorang anak dari Arya Damar. Anak tersebut bernama Raden Kusen.

Tidak lama kemudian, Raden Kusen dan Raden Patah telah beranjak dewasa. Kedua putra tersebut pergi berguru kepada Sunan Ampel di Surabaya. Setelah berguru ke Sunan Ampel di Surabaya, Raden Kusen akhirnya mendatangi Kerajaan Majapahit dengan penyamaran. Hingga akhirnya, Raden Kusen diterima sebagai abdi dalem istana.

Raden Kusen sangat disenangi penduduk istana. Kecakapan Raden Kusen membuat dia dipercaya sebagai Adipati Terung di Kerajaan Majapahit. Di lain tempat, Raden Patah membuka sebuah pesantren. Pesantren yang didirikan Raden Patah bernama Glagahwangi dan terletak di Jawa Tengah.

Pada suatu ketika, Raden Kusen mengajak saudara tirinya, Raden Patah, untuk pergi menemui Prabu Brawijaya V. Setelah mereka bertemu dengan Prabu Brawijaya V, mereka menceritakan diri mereka yang sebenarnya.

“Baginda, Raden Patah ini adalah putra dari Putri Campa dengan baginda. Sedangkan hamba, hamba adalah anak putra dari Putri Campa dengan Arya Damar. Hamba adalah cucu baginda dari Arya Damar,” ujar Raden Kusen.

Raden Patah Diangkat Menjadi Bupati Glagahwangi/Demak

Prabu Brawijaya V awalnya tidak percaya dengan apa yang dijelaskan oleh Raden Kusen. Raden Kusen dan Raden Patah tetap meyakinkan kepada Prabu Brawijaya V tentang identitas mereka sebenarnya. Setelah mendengarkan penjelasan asal-usul mereka, akhirnya Prabu Brawijaya V percaya dengan pernyataan mereka. Raden Patah akhirnya diangkat Prabu Brawijaya V menjadi Bupati Glagahwangi. Glagahwangi akhirnya berganti nama menjadi Demak.

Di bawah kepepimpinanan Raden Patah, Demak menjadi sebuah daerah yang maju pesat dalam hal perdagangan. Banyak para pedagang, terutama pedagang muslim yang singgah di pelabuhan yang ada di Demak. Raden Patah dapat memimpin daerah Demak dalam waktu singkat menjadi sebuah kota yang maju. Hingga akhirnya, wilayah Semarang pun dapat dikuasai Raden Patah.

Raden Patah MengIslamkan Majapahit

Untuk mengIslamkan ayahndanya, Prabu Barawijaya V, Raden Patah berniat menyerang Majapahit. Namun, keinginan tersebut ditentang oleh Sunan Ampel, guru dari Raden Patah. Namun, niat itu muncul kembali setelah Sunan Ampel meninggal dunia.

Raden Patah akhirnya berhasil menaklukan Kerajaan Majapahit. Penduduk Kerajaan Majapahit banyak yang memeluk Islam. Namun, Prabu Brawijaya V dan para pengikutnya lari menghindari pengaruh dari Raden Patah. Prabu Brawijaya V tidak mau memeluk Islam meskipun telah dibujuk oleh putranya, yaitu Raden Patah.

Prabu Brawijaya V dan para pengikutnya melarikan diri sampai ke daerah Gunung Kidul. Mereka akhirnya berhenti di tempat tersebut dan hendak istirahat. Pengikut Prabu Brawijaya hendak singgah ke sebuah gubuk yang ada di sana untuk melepas penat. Namun, pasukan Raden Patah telah mengepung pasukan Prabu Brawijaya V. Prabu Brawijaya V tetap tidak mau memeluk Islam dan berhasil melarikan diri.

Asal Usul Gubug Rubuh

Sementara pengikut Prabu Brawijaya V telah dibimbing Islam oleh Raden Patah, sang Prabu tetap melarikan diri ke arah selatan Gunung Kidul. Sesampainya di sana, dia tidak melanjutkan lagi pelariannya dan mengakhiri hidupnya di sana.

Di tempat pengislaman pengikut Prabu Brawijaya V tersebut, akhirnya dinamakan oleh penduduk setempat dengan sebutan Gubuk Rubuh. “Gubuk” diartikan sebagai rumah, dan “rubuh” diartikan sebagai rubuhnya badan ketika bersujud (untuk menunaikan sholat).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar