Di sebuah desa yang terpencil, tinggalah seorang gadis cantik yang bernama Simcheong. Simcheong merupakan anak piatu. Ibunya telah lama meninggal. Dia tinggal bersama ayahnya yang buta. Mereka hidup miskin dan sengsara. Beruntunglah Simcheong sabar menghadapi kenyataan keluarganya. Namun Simcheong memiliki cita-cita untuk membahagiakan orang tuanya.
Akhirnya Simcheong pergi ke kota untuk mencari pekerjaan. Namun, ketika perjalanan pulang dari kota, Simcheong tidak dapat pulang dengan lancar karena ada badai salju. Di rumah, sang ayah resah menunggu kepulangan Simcheong. Apalagi Simcheong merupakan anak perempuan satu-satunya. Sang ayah akhirnya berusaha menjemput Simcheong. Dengan bersusah payah, sang ayah berusaha melawan arus badai yang begitu kuat. Dia tidak ingin Simcheong berada dalam bahaya. Namun, karena kondisinya yang tidak memungkinkan, ayah Simcheong tergelincir dan jatuh ke sungai. Beruntunglah ada seorang biksu yang menolong ayah Simcheong.
“Terimakasih biksu, anda menyelamatkan hidup saya,” kata ayah Simcheong.
Sang biksu ingin mengetahui keadaan ayah Simcheong tersebut “Apakah Bapak tidak bisa melihat ?” kata sang biksu.
“Iya, saya tidak dapat melihat. Apakah Bapak bisa membantu saya untuk dapat melihat kembali?” pinta ayah Simcheong.
“Bisa Pak, tapi Bapak harus menyumbangkan 300 karung beras untuk disumbangkan kepada kuil kami,” jelas sang biksu.
Ayah Simcheong terkejut mendengar banyaknya beras yang harus disumbangkan. Untuk makan sehari-hari saja, mereka telah bersusah payah dan berhemat, apalagi menyumbangkan 300 karung beras.
Sang ayah akhirnya pulang dengan harapan dapat menyanggupi permintaan biksu tadi, supaya dirinya dapat melihat kembali. Dia berharap, akan ada keajaiban yang membuatnya dapat melihat kembali.
Setelah sampai di rumah, ternyata Simcheong telah berada di rumah. Sang ayah menceritakan perihal dia bertemu dengan seorang biksu dan syarat agar ayahnya dapat melihat kembali. Simcheong sangat ingin membantu ayahnya agar dapat melihat kembali. Simcheong sadar diri bahwasanya mereka berasal dari keluarga miskin. Untuk itulah Simcheong kembali ke kota, untuk mencari pekerjaan yang dapat membantu ayahnya dapat melihat kembali.
Setelah sampai di kota, Simcheong bertemu dengan saudagar kapal yang mencari tumbal seorang gadis agar dia bisa menyebarangi laut dengan selamat. Simcheong akhirnya mendekati saudagar kapal itu dan bersedia menyanggupi sebagai tumbal dalam pelayaran tersebut.
“Bapak, saya bersedia menjadi tumbal untuk keselamatan pelayaran bapak dan para awak kapal,” kata Simheong.
“Baiklah kalau begitu, syarat apa yang kamu pinta sebagai upah ?” tanya si saudagar.
“Saya meminta 300 karung beras. 300 karung beras itu harus anda kirimkan ke rumah ayahku sebelum anda berangkat pergi berlayar,” jelas Simcheong.
“Baiklah, saya menyanggupinya,” kata saudagar tersebut.
Sang saudagar akhirnya memerintahkan anak buahnya untuk mengirimkan 300 karung beras ke rumah Simcheong.
Simcheong pun ikut berlayar bersama saudagar dan anak buah kapalnya. Selama di perjalanan, Simcheong terus berdoa kepada Tuhan agar ayahnya selalu sehat dan selamat. Karena dia tidak dapat lagi menemani sang ayah.
Menurut cerita rakyat Korea, Simcheong akhirnya diceburkan ke dalam laut yang dianggap sebagai daerah yang berbahaya. Dia telah menjadi tumbal dalam pelayaran tersebut. Simcheong tidak henti-hentinya berdoa kepada Tuhan.
Ketika Simcheong telah diceburkan ke dalam laut, dia tidak mati. Simcheong kaget, karena dia dapat melihat keindahan pemandangan di dasar laut. Dia dapat menyelam dengan mudah tanpa merasa takut. Hal tersebut merupakan di luar dugaan bagi Simcheong.
Simcheong akhirnya bertemu dengan sososok makhluk dengan mahkota. Sosok tersebut akhirnya menjelaskan kenapa Simcheong tidak mati.
“Aku adalah raja laut. Kau kuselamatkan karena telah berbakti kepada orang tuamu,” jelas sang raja laut sambil tersenyum kepada Simcheong.
“Terimakasih raja laut. Kau telah menyelamatkan nyawaku. Bolehkah aku meminta bantuanmu ?” tanya Simcheong.
“Tentu saja, apa permintaanmu hai anak yang baik ?” tanya sang raja laut.
“Bisakah kau mengembalikanku kepada ayahku? Ayahku telah tua dan sakit-sakitan,” pinta Simcheong.
“Tentu bisa, sekarang pejamkanlah matamu !” perintah raja laut.
Simcheong akhirnya memejamkan matanya. Dia berharap agar dapat pulang ke rumah dengan selamat.
Simcheong akhirnya terdampar di sebuah pantai. Dengan setengah tidak sadarkan diri, Simcheong melihat keadaan di sekeliling pantai. Banyak orang yang berkerumun mendekati Simcheong. Mereka melihat Simcheong terkapar tidak berdaya di tepi pantai. Di saat bersamaan, seorang pangeran sedang berkunjung ke desa di pantai tersebut. Sang pangeran juga melihat Simcheong yang terdampar di pantai itu. Dia memerintahkan pengawalnya untuk membawa Simcheong ke istana. Simcheong akan dirawat di sana.
Setelah Simcheong dirawat beberapa hari di istana, kondisi Simcheong telah sehat. Dia lalu menceritakan masa lalunya kepada sang pangeran. Pangeran yang telah melihat Simcheong kembali sehat dan kecantikannya kembali terlihat menjadi jatuh cinta kepada gadis itu. Akhirnya Simcheong dapat bertemu kembali dengan ayahnya yang tidak lagi buta. Simcheong dan sang pangeran akhirnya menikah. Ayah Simcheong pun dibawa ke istana untuk tinggal bersama. Mereka akhirnya hidup bahagia.
Demikianlah cerita rakyat yang berasal dari Korea. Cerita ini mengisahkan tentang seorang gadis miskin dan baik hati yang bernama Simcheong. Simcheong merupakan anak piatu dan ingin membahagiakan ayahnya yang buta.
Pesan dari cerita Simcheong dan Ayahnya yang Buta telah mengingatkan kepada kita betapa pentingnya menjadi anak yang berbakti kepada orang tua. Sebab orang tua kita telah berusaha membesarkan kita dengan penuh kasih sayang. Semoga cerita ini bermanfaat.
Cerita Rakyat Korea lainnya:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar