10 Juni 2021

Kisah Calonarang, Bali

Di sebuah daerah yang sekarang bernama Dusun Butuh, Desa Sukorejo , Kabupaten Kediri, hiduplah seorang wanita sakti yang memiliki ilmu leak (ilmu hitam). Sang wanita tersebut adalah Calonarang. Dia mempunyai perguruan ilmu hitam dan hanya memiliki murid wanita. Ada empat murid wanita senior dalam perguruan ilmu hitam Calonarang, yaitu Nyi Larung, Nyi Lenda, Nyi lendi, dan Nyi Sedaksa.
Kisah Calonarang, Bali

Calonarang merupakan seorang janda yang terkenal bengis dan jahat. Dia memiliki seorang anak perempuan yang cantik. Anaknya bernama Diah Ratna Mengali. Sang anak tidak kunjung dinikahi oleh pria manapun. Hal ini disebabkan karena sang ibu yang bisa meleak, tentu saja sang anak perempuannya juga bisa memiliki ilmu leak. Para pemuda pada masanya tidak berani melamar Diah Ratna Mengali, mereka takut dengan ilmu hitam yang dimiliki oleh Calonarang maupun putrinya. Berita itu pun akhirnya sampai ke telinga Calonarang. Kabar tersebut disampaikan oleh anak buahnya yang bernama Nyi Larung, sehingga Calonarang menjadi naik pitam dan tidak terima jika akhirnya Diah Ratna Mengali akan menjadi perawan tua.

Kabar tersebut tentu saja berasal dari masyarakat Kediri. Calonarang tidak terima dengan tuduhan putrinya bisa meleak. Calonarang pun sebenarnya adalah seorang manusia biasa yang ingin putrinya menikah dan memberikannya cucu. Namun, gempuran fitnah yang dia terima mengakibatkan Calonarang menjadi marah dan ingin membalas serangan terhadap rakyat Kediri.

“Anak-anak perguruanku, gempuran fitnah yang aku terima telah membuatku menjadi murka. Aku akan memberikan pelajaran berupa hukuman bagi rakyat Kediri !” kata Calonarang.

“Apa yang akan kami lakukan untuk membantumu, Ibu ?” tanya salah satu dari murid Calonarang.

“Pada suatu malam yang akan kutentukan, yaitu malam Kajeng Kliwon, kalian harus bersiap di desa-desa pesisir Kediri. Kalian harus merubah diri kalian menjadi leak, untuk menghancurkan rakyat Kediri !” perintah Calonarang dengan mata nanar dan menyeramkan.

“Siap, kami akan menyerang seluruh rakyat Kediri yang menghina Ibunda Calonarang !” kata murid-murid Calonarang serempak.

Calonarang tersenyum puas, dia tidak sabar membalas dendam terhadap rakyat Kediri yang telah mencoreng namanya. Calonarang mulai mempersiapkan diri untuk menenung rakyat Kediri dengan segenap tenaga.

Sehari sebelum serangan Calonarang, daerah Kediri masih tampak aman, tenang, dan damai. Penduduknya masih beraktivitas seperti biasa. Mereka mencari nafkah dengan cara bertani, nelayan, dan berdagang. Anak-anak masih terlihat ceria bermain di halaman rumah mereka. Kaum ibu asik mencari kutu di rambut dan sesekali bercengkrama dengan kelompoknya. Di kala senggang, kaum laki-laki mengelus-elus ayam aduan serta memberi makan ayam jagonya.

Ketika malam tiba, suasana menjadi berbeda. Malam tersebut dinamakan kajeng kliwon. Dipercaya oleh penduduk setempat, pantang bagi masyarakat untuk pulang ke rumah pada tengah malam. Malam tersebut adalah malam keramat dengan suasana yang mencekam. Pada saat itu pula Calonarang dan murid-muridnya telah berubah menjadi leak, siap untuk menyerang masyarakat Kediri.

Karena aura ilmu hitam yang telah menyerang dan sampai ke desa-desa itu, cuaca malam hari langsung menjadi panas dan gerah. Mereka tidur dengan galisah. Anak-anak serta para bayi juga mengalami hal yang sama. Para bayi di desa itu mulai menangis tidak tenang. Hewan-hewan pun memberikan isyarat akan munculnya sesuatu yang tidak lazim. Hewan tokek bersahut-sahutan, burung gagak mulai bersuara, banyak kodok melompat dan menimbulkan suara kegaduhan meski bukan musim penghujan. Merasakan keganjilan tersebut, masyarakat mulai ketakutan. Mereka sebagian besar tidak berani untuk memandang ke luar rumah. Jika mereka memandang ke luar rumah, pemandangan mengerikan akan tampak di luar sana. Langit seolah memerah, angin ribut, cuaca panas, dan hewan yang bersuara gaduh. Ketakutan tersebut membuat orang-orang yang berani mengintip ke luar mengalami sakit ngeeb atau ketakutan yang luar biasa.

Esoknya, banyak penduduk gempar dengan kematian mendadak. Sebelum mereka mati mendadak, mereka mengalami muntah dan mencret tanpa diketahui sebabnya. Banyak mayat yang dikuburkan di setra (tempat pemakaman). Akan tetapi, orang-orang yang ikut mengubur mayat-mayat tersebut akhirnya menjadi sakit dan meninggal. Bertubi-tubi peristiwa penguburan mayat terjadi di desa pesisir Kediri, seolah wabah kematian dekat dengan mereka. Diantara para warga juga mengadu kepada balian (dukun) untuk mengusir ilmu hitam. Namun, para balian yang ikut mengusir ilmu hitam tersebut tidak dapat berbuat banyak. Setelah mereka melakukan ritual pengusiran ilmu hitam, para balian mengalami sakit mencret dan meninggal. Keadaan tersebut telah membuat resah masyarakat dan akhirnya berita itu sampai kepada Raja Airlangga.

Para prajuru desa atau pengurus desa, para penglisir atau tetua, dan para pemangku desa menghadap Raja Airlangga tentang musibah penyakit atau gerubuk yang melanda sebagian besar masyarakat pesisir Kediri. Akhirnya Raja Airlangga memerintahkan pasukannya untuk menyerang Calonarang. Bala tentara yang dikirimkan Raja Airlangga terlalu gampang bagi Calonarang. Calonarang dapat mengalahkan bala tentara Raja Airlangga dengan waktu yang singkat, dan menambah kemarahan bagi Calonarang itu sendiri.

Calonarang sendiri adalah penyembah Durga dan penganut Bhairawa Pengiwa. Dia mampu melakukan ritual-ritual terhadap Durga untuk menimbulkan bencana wabah penyakit yang berakhir dengan kematian ke seluruh wilayah.

Raja Airlangga kewalahan dengan gempuran Calonarang. Dia merenung sejenak untuk mencari jalan keluar menghadapi Calonarang. Akhirnya, Raja Airlangga menemui penasehatnya yang sangat sakti, beliau bernama Mpu Baradah.

“Wahai Mpu Baradah, aku sangat terusik dengan serangan Calonarang. Rakyatku menjadi terkena wabah penyakit dan kematian. Apa yang harus aku lakukan?” tanya Raja Airlangga dengan raut wajah yang sedih.

“Paduka Raja Airlangga, Calonarang merupakan seorang wanita yang licik dan bengis. Jika paduka mengerahkan kekuatan dengan mengirim semua bala tentara, tidak akan bisa mengalahkan Calonarang. Kekuatan ilmu hitam Calonarang berada di tingkat tinggi. Jika berkehendak, saya akan menyarankan perkawinan politik antara seseorang di wilayah Kediri ini dengan putri Calonarang, Diah Ratna Mengali.

“Apa rencanamu wahai Mpu Baradah,” tanya Raja Airlangga lagi.

Mpu Baradah yang cerdas menjawab dengan tersenyum kepada Raja Airlangga “Aku akan mengawinkan muridku, yaitu Mpu Bahula untuk dinikahkan dengan putrinya Calonarang. Pernikahan ini bertujuan untuk menggerogoti kelemahan dari Calonarang itu sendiri. Mpu Baradah akan mengulik kelemahan ibu mertuanya dari anaknya sendiri.”

“Jika itu dapat membantu, aku setuju dengan saranmu Mpu Baradah,” jelas Raja Airlangga.

Menurut cerita rakyat Bali, akhirnya, datanglah rombongan lamaran Mpu Bahula di hadapan Calonarang. Calonarang menerima lamaran tersebut. Dia cukup senang karena anaknya sudah dilamar oleh seorang pria. Mpu bahula akhirnya menikah dengan Ratna Mengali dan tinggal di rumah Calonarang.

Setelah beberapa waktu Mpu Bahula tinggal di tempat Calonarang. Dia memperoleh informasi bahwa Calonarang setiap hari membaca sebuah kitab dan melakukan ritual angker. Diam-diam Mpu Bahula mencuri kitab yang dibaca oleh ibu mertuanya. Kitab tersebut sempat dibawa oleh Mpu Bahula kepada gurunya, Mpu Baradah. Kebetulan, Mpu Baradah telah berada di Girah untuk menyembuhkan orang-orang yang terkena penyakit tenung. Dengan seksama Mpu Baradah meneliti kitab tersebut. Setelah mendapatkan kesimpulan, Mpu Baradah menyuruh Mpu Bahula untuk mengembalikan dengan segera kitab tersebut ke tempat asalnya, agar Calonarang tidak menyadari bahwa kitabnya telah dicuri.

Mpu Baradah akhirnya dapat bertatap muka dengan Calonarang. Dengan ilmu diplomatiknya, Mpu Baradah mengingatkan Calonarang agar menghentikan sihirnya terhadap masyarakat Kediri. Dengan kekuatan diplomatik Mpu Baradah, Calonarang sendiri telah sadar dengan kesalahannya.

“Hai Mpu Baradah, aku minta diruwat untuk melebur dosa-dosaku. Jika engkau dapat meruwat untuk menghapuskan dosa-dosaku, aku akan menuruti keinginanmu, yaitu menghentikan sihir yang aku lakukan,” jelas Calonarang.

“Calonarang, mohon maaf aku tidak bisa meruwat dirimu. Hal ini diakibatkan oleh banyakya dosa-dosamu,” jelas Mpu Baradah.

Mendengar penjelasan Mpu Baradah, Calonarang menjadi marah. Pertempuran akhirnya terjadi antara Mpu Baradah dengan Calonarang. Calonarang akhirnya menyemburkan api yang keluar dari matanya untuk membunuh Mpu baradah. Akan tetapi, Mpu Baradah lebih sakti dibandingkan Calonarang. Pertempuran yang sengit itu akhirnya dapat membunuh Calonarang dengan keadaan berdiri.

Mengingat Calonarang sempat bertobat dan ingin melakukan ruwatan, Mpu Baradah akhirnya dapat menghidupkan kembali Calonarang. Setelah mempelajari ajaran kebenaran untuk mencapai moksa, Calonarang akhirnya meninggal dunia untuk selamanya.

Berikut adalah cerita rakyat daerah Bali yang berjudul Kisah Calonarang. Calonarang merupakan kisah yang sangat melegenda bagi masyarakat Bali dan daerah Kediri. Calonarang merupakan seorang wanita sakti yang memiliki ilmu leak (ilmu hitam). Wanita tersebut diperkirakan hidup pada masa Raja Airlangga (1006-1042). Airlangga sendiri merupakan seorang raja yang memiliki ayah bernama Udayana dan seorang ibu yang berasal dari Bali (putri Mahendradata) serta memerintah di Kerajaan Daha, kediri.

Konon, Raja Airlangga sempat kewalahan menghadapi Calonarang yang menenung rakyat Kediri dengan sangat sadisnya. Calonarang sendiri dipercaya merupakan seorang tokoh yang bernar-benar ada (fakta) pada saat itu. Naskah lontar yang berisi kisah Calonarang ditulis dalam aksara Bali kuna, namun berbahasa kawi atau Jawa kuna (naskah asli tersimpan di Perpustakaan Koninklijk Instituut voor Taal - Land - en Volkenkunde van Ned. Indies di Leiden, Belanda). Naskah-naskah tersebut memiliki angka tahun yang berbeda, naskah tertua berangka tahun 1462 Saka (1540 M). Prof. Poerbatjaraka sendiri pernah menerbitkan naskah Calonarang dalam bahasa Belanda, yakni De Calon Arang. Naskah berbahasa Belanda tersebut diterjemahkan oleh Dr. Soewito Santoso pada tahun 1975 dengan judul Calon Arang Si Janda dari Girah. 

Demikianlah kisah Calonarang, cerita rakyat yang berasal dari Bali. Semoga cerita ini dapat diambil hikmahnya. Cerita rakyat bukanlah peristiwa sejarah yang 100% kita percayai sepenuhnya. Cerita rakyat hanya memberikan kita pesan baik untuk diambil hikmahnya. Terimakasih telah berkunjung !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar