20 Maret 2025

Tempurung Kura-kura (Bruek Kura) - Cerita Rakyat Aceh

Tempurung Kura-kura (Bruek Kura) - Cerita Rakyat Aceh
Di sebuah desa kecil di pesisir Aceh, hiduplah seorang nelayan tua bernama Pak Mat. Ia dikenal sebagai nelayan yang rajin dan tekun, meskipun usianya sudah tidak muda lagi. Setiap hari, Pak Mat pergi ke laut untuk mencari ikan demi menghidupi keluarganya. Meskipun hidup sederhana, Pak Mat selalu bersyukur atas rezeki yang diberikan Tuhan.

Menemukan Kura-Kura

Suatu hari, seperti biasa, Pak Mat pergi ke laut dengan perahu kayunya. Cuaca hari itu cerah, dan ombak tidak terlalu besar. Pak Mat melempar jaringnya ke laut untuk menjaring ikan dan menunggu dengan sabar. Setelah beberapa saat, ia menarik jaringnya dan merasa ada sesuatu yang berat di dalamnya. Dengan penuh harap, ia mengangkat jaring itu ke atas perahu.

Namun, alih-alih mendapatkan ikan, Pak Mat justru menemukan seekor kura-kura terjerat di jaringnya. Kura-kura itu tidak biasa; tempurungnya berkilau seperti emas dan matanya memancarkan cahaya yang lembut. Pak Mat merasa heran, tetapi ia juga merasa kasihan pada kura-kura itu. Ia pun melepaskannya dengan hati-hati.

"Wahai kura-kura, maafkan aku telah mengganggumu. Kembalilah ke laut dan berenanglah dengan bebas," kata Pak Mat sambil melepaskan kura-kura itu ke air.

Tiba-tiba, kura-kura itu berbicara. "Terima kasih, Pak Mat, karena telah melepaskanku. Sebagai balasannya, aku akan memberimu sesuatu yang istimewa."

Tempurung Kura-Kura Ajaib

Pak Mat terkejut mendengar kura-kura itu bisa berbicara. Sebelum ia sempat bertanya, kura-kura itu sudah menghilang ke dalam air. Beberapa saat kemudian, muncul gelembung-gelembung air di permukaan laut, dan dari dalamnya muncul sebuah tempurung kura-kura yang berkilauan.

"Ambillah tempurung ini, Pak Mat. Tempurung ini akan membantumu dalam kehidupanmu. Tapi ingat, gunakanlah dengan bijak," kata suara kura-kura itu dari dalam air.

Pak Mat mengambil tempurung itu dengan hati-hati. Ia merasa tempurung itu sangat ringan, tetapi terasa hangat saat dipegang. Ia pun membawa tempurung itu pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, Pak Mat menceritakan kejadian tersebut kepada istrinya, Mak Salmah. Mereka pun memeriksa tempurung itu lebih dekat. Tiba-tiba, tempurung itu mengeluarkan cahaya terang, dan dari dalamnya keluar berbagai macam makanan enak. Pak Mat dan Mak Salmah merasa sangat bahagia. Mereka pun menyantap makanan itu dengan lahap.

Sejak saat itu, tempurung ajaib itu menjadi sumber rezeki bagi keluarga Pak Mat. Setiap kali mereka membutuhkan sesuatu, tempurung itu akan mengeluarkan apa yang mereka inginkan. Kehidupan mereka pun menjadi lebih sejahtera.

Namun, kabar tentang tempurung ajaib itu akhirnya tersebar ke seluruh desa. Banyak orang yang datang ke rumah Pak Mat untuk melihat tempurung itu. Beberapa bahkan meminta agar Pak Mat membagikan sebagian dari kekayaannya. Pak Mat, yang baik hati, selalu membantu tetangganya yang membutuhkan.

Saudagar Kaya Ingin memiliki Tempurung Kura-Kura

Suatu hari, datanglah seorang saudagar kaya ke rumah Pak Mat. Saudagar itu mendengar tentang tempurung ajaib dan berniat untuk memilikinya. "Pak Mat, aku akan membeli tempurung itu dengan harga yang sangat mahal. Berapa pun harganya, aku sanggup membayarnya," kata saudagar itu.

Pak Mat menolak dengan halus. "Maaf, Tuan. Tempurung ini adalah pemberian dari laut. Aku tidak bisa menjualnya."

Saudagar itu merasa kesal dan marah. Ia pun pergi dengan ancaman. "Kau akan menyesal, Pak Mat. Aku akan mendapatkan tempurung itu dengan cara apa pun!"

Malam itu, saat Pak Mat dan keluarganya sedang tidur, saudagar itu menyusup ke rumah mereka. Ia mengambil tempurung ajaib itu dan melarikan diri. Keesokan harinya, Pak Mat dan keluarganya merasa sangat sedih karena tempurung itu hilang.

Namun, tempurung ajaib itu ternyata memiliki kekuatan sendiri. Ketika saudagar itu mencoba menggunakannya, tempurung itu justru mengeluarkan asap hitam yang membuatnya batuk-batuk. Asap itu kemudian berubah menjadi angin kencang yang membawa saudagar itu terbang ke udara dan akhirnya jatuh ke laut.

Tempurung itu pun kembali ke rumah Pak Mat dengan sendirinya. Pak Mat dan keluarganya merasa sangat bersyukur. Mereka pun berjanji untuk lebih berhati-hati dan tidak lagi menceritakan tentang tempurung ajaib itu kepada orang lain.

Sejak saat itu, Pak Mat dan keluarganya hidup dengan damai dan sejahtera. Mereka menggunakan tempurung ajaib itu dengan bijak dan selalu bersyukur atas segala rezeki yang mereka terima.

1 komentar: